1. Ibu, kembalilah ke rumah. Anakmu terbidik oleh peluru zaman. Fisiknya bugar namun jiwanya terkapar. Kembalilah! 2. Apa yg kau cari ...
00.31
1. Ibu, kembalilah ke rumah. Anakmu terbidik oleh peluru zaman. Fisiknya bugar namun jiwanya terkapar. Kembalilah!
2. Apa yg kau cari dalam hidup duhai ibu? Jika surga adalah tujuan, maka mendidik anak sungguh2 adalah pintu terdekat yg antarkan kau menuju surga idaman.
3. Jika pun ibu harus bekerja maka itu adalah darurat. Segeralah cari jalan untuk bisa kembali ke rumah. Sebab, anakmu makin tumbuh dan tak bisa ditunda.
4. Memang tidak bijak meminta ibu berhenti bekerja. Namun lebih tidak bijak lagi membiarkan anak-anak terlantar tanpa kasih sayang.
5. Tundalah dulu obsesi karirmu. Setidaknya hingga anak telah tumbuh dewasa. Setelahnya, kau bisa puas menuai karya
6. Sejatinya, ibu itu profesi utama. Sisanya, sambilan aja
7. Jika mengurus anak, dengan cara sambilan. Maka akan muncul generasi sambel-sambelan (saudara kandung cabe-cabean).
8. Bagi seorang suami, jangan tuntut istrimu bekerja. Sebab, kau telah renggut hak anak yg lebih butuhkan ibunya dibandingkan TV atau I-Phone S5.
9. Jadilah lelaki pemberani. Berani katakan kepada istri : 'tinggallah kamu dirumah. Biar aku saja yg penuhi kebutuhan kita'
10. Ingatlah...Anak itu titipan dari Allah. Maka jangan kau titipkan lagi kepada orang lain. Emangnya Allah salah nitip? Wal'iyaadzu billaah...
11. Apa yg ibu korbankan di saat anak masih belia, akan menjadi kado indah di saat anak telah dewasa.
12. Sekiranya ibu ingin bekerja, maka itu hanya untuk aktualisasi diri semata. Bagian dari dinamisasi jiwa. Bukan untuk jadi profesi utama
13. Pengasuhan anak ibarat utang piutang. Apa yg tidak diberikan ortu di masa kecil, maka anak akan menagihnya di usia remaja dengan perilaku yg menyebalkan
14. Jika anak sulit mendengar kata bunda, itu mungkin tersebab saat kanak ia diabaikan saat bicara. Ibu harus buru-buru ke tempat kerja
15. Saat remaja anak tak betah di rumah. Sebab ibu juga sering pergi keluar saat ia masih bocah. Jarang ada di rumah
16. Maka, segera cari jalan untuk pulang. Jadilah ibu yg seutuhnya. Selalu hadir di saat anak membutuhkan. Ibu, menjadi pahlawan bagi generasi masa depan
17. Salam bahagia. Mohon maaf jika tak berkenan. Sila disebarkan.
*By: @ajobendri
Dengan langkah gontai, laki-laki itu datang menghadap Rasulullah. Ia sedang didera problem finansial; tak bisa memberikan nafkah kepada ke...
00.16
Dengan langkah gontai, laki-laki itu datang menghadap Rasulullah. Ia sedang didera problem finansial; tak bisa memberikan nafkah kepada keluarganya. Bahkan hari itu ia tidak memiliki uang sepeserpun.
Dengan penuh kasih, Rasulullah mendengarkan keluhan orang itu. Lantas beliau bertanya apakah ia punya sesuatu untuk dijual. “Saya punya kain untuk selimut dan cangkir untuk minum ya Rasulullah,” jawab laki-laki itu.
Rasulullah pun kemudian melelang dua barang itu.
“Saya mau membelinya satu dirham ya Rasulullah,” kata salah seorang sahabat.
“Adakah yang mau membelinya dua atau tiga dirham?” tanya Rasulullah.
Inilah lelang pertama dalam Islam. Dan lelang itu dimenangkan oleh seorang sahabat lainnya. “Saya mau membelinya dua dirham”
Rasulullah memberikan hasil lelang itu kepada laki-laki tersebut. “Yang satu dirham engkau belikan makanan untuk keluargamu, yang satu dirham kau belikan kapak. Lalu kembalilah ke sini.”
Setelah membelikan makanan untuk keluarganya, laki-laki itu datang kembali kepada Rasulullah dengan sebilah kapak di tangannya. “Nah, sekarang carilah kayu bakar dengan kapak itu…” demikian kira-kira nasehat Rasulullah. Hingga beberapa hari kemudian, laki-laki itu kembali menghadap Rasulullah dan melaporkan bahwa ia telah mendapatkan 10 dirham dari usahanya. Ia tak lagi kekurangan uang untuk menafkahi keluarganya.
Salman Al Farisi punya rumus 1-1-1. Bermodalkan uang 1 dirham, ia membuat anyaman dan dijualnya 3 dirham. 1 dirham ia gunakan untuk keperluan keluarganya, 1 dirham ia sedekahkan, dan 1 dirham ia gunakan kembali sebagai modal. Sepertinya sederhana, namun dengan cara itu sahabat ini bisa memenuhi kebutuhan keluarganya dan bisa sedekah setiap hari. Penting dicatat, sedekah setiap hari.
Nasehat Rasulullah yang dijalankan oleh laki-laki di atas dan juga amalan Salman Al Farisi memberikan petunjuk kepada kita cara dasar mengelola keuangan. Yakni, bagilah penghasilan kita menjadi tiga bagian; satu untuk keperluan konsumtif, satu untuk modal dan satu untuk sedekah. Pembagian ini tidak harus sama persis seperti yang dilakukan Salman Al Farisi.
KEPERLUAN KONSUMTIF
Untuk soal ini, rasanya tidak perlu diperintahkan pun orang pasti melakukannya. Bahkan banyak orang yang menghabiskan hampir seluruh penghasilannya untuk keperluan konsumtif. Tidak sedikit yang malah terjebak pada masalah finansial karena terlalu menuruti keinginan konsumtif hingga penghasilannya tak tersisa, bahkan akhirnya minus.
Yang perlu menjadi catatan, bagi seorang suami, membelanjakan penghasilan untuk keperluan konsumtif artinya adalah memberikan nafkah kepada keluarganya. Jangan sampai seperti sebagian laki-laki yang menghabiskan banyak uang untuk rokok dan ke warung, sementara makanan untuk anak dan istrinya terabaikan.
MODAL
Sisihkanlah penghasilan atau uang Anda untuk modal. Bahkan, kalaupun Anda adalah seorang karyawan atau pegawai. Sisihkanlah setiap bulan gaji Anda untuk menjadi modal atau membeli aset. Menurut Robert T. Kyosaki, inilah yang membedakan orang-orang kaya dengan orang-orang kelas menengah dan orang miskin. Orang kaya membeli aset, orang kelas menengah dan orang miskin menghabiskan uangnya untuk keperluan konsumtif. Dan seringkali orang kelas menengah menyangka telah membeli aset, padahal mereka membeli barang konsumtif; liabilitas.
Aset adalah modal atau barang yang menghasilkan pemasukan, sedangkan liabilitas adalah barang yang justru mendatangkan pengeluaran. Barangnya bisa jadi sama, tetapi yang satu aset, yang satu liabilitas. Misalnya orang yang membeli mobil dan direntalkan. Hasil rental lebih besar dari cicilan. Ini aset. Tetapi kalau seseorang membeli mobil untuk gengsi-gengsian, ia terbebani dengan cicilan, biaya perawatan dan lain-lain, ini justru menjadi liabilitas. Robert T Kiyosaki menemukan, mengapa orang-orang kelas menengah sulit menjadi orang kaya, karena berapapun gaji atau penghasilan mereka, mereka menghabiskan gaji itu dengan memperbesar cicilan. Berbeda dengan orang yang membeli aset atau modal yang semakin lama semakin banyak menambah kekayaan mereka.
Jangan dianggap bahwa aset atau modal itu hanya yang terlihat, tangible. Ada pula yang tak terlihat, intangible. Contohnya ilmu dan skill. Jika Anda adalah tipe profesional, meningkatkan kompetensi dan skill adalah bagian dari modal, bagian dari aset. Dengan kompetensi yang makin handal, nilai Anda meningkat. Penghasilan juga meningkat.
SEDEKAH
Jangan lupa sisihkan penghasilan Anda untuk sedekah. Mengapa? Sebab ia adalah bekal untuk kehidupan yang hakiki di akhirat nanti. Baik sedekah wajib berupa zakat maupun sedekah sunnah.
Apa yang dilakukan Salman Al Farisi adalah amal yang luar biasa. Ia bersedekah senilai apa yang menjadi keperluan konsumtif keluarganya. Jadi kita kita punya gaji atau penghasilan tiga juta, lalu kebutuhan konsumtif keluarga kita satu juta, kita baru bisa menandingi Salman Al Farisi jika bersedekah satu juta pula. Namun karena ada hadits Rasulullah yang menyebutkan bahwa sedekah satu bukit tidak dapat menyamai sedekah satu mud para sahabat, kita tak pernah mampu menandingi sedekah Salman Al Farisi.
Harta sejati kita yang bermanfaat di akhirat nanti adalah apa yang kita sedekahkan. Lalu mengapa kita membagi penghasilan kita menjadi tiga bagian; konsumsi, modal dan sedekah? Mengapa tidak semuanya disedekahkan? Sebab konsumsi dan modal sesungguhnya juga pendukung sedekah kita. Jika keperluan konsumsi kita terpenuhi, maka fisik kita relatif lebih sehat. Dengan fisik yang sehat, kita bisa beribadah dan bekerja yang sebagian hasilnya untuk sedekah. Mengapa perlu mengalokasikan untuk modal/aset? Karena ia akan semakin memperbesar pemasukan kita dan dengannya kita menjadi lebih mudah untuk bersedekah dalam jumlah lebih besar dan juga lebih banyak beramal. [Muchlisin BK/keluargacinta.com]
Masih banyak orang yang merasa bahwa sebagai muslim sekaligus pekerja profesional, sudah beruntung bila mampu menjalankan kewajiban shola...
18.55
Masih banyak orang yang merasa bahwa sebagai muslim sekaligus pekerja profesional, sudah beruntung bila mampu menjalankan kewajiban sholat lima waktu secara sempurna. Ibadah-ibadah lain semisal puasa sunah, membaca qur'an, sholat malam seringkali dinilai sebagai ibadah-ibadah istimewa yang hanya dapat dinikmati mereka-mereka yang sehari-harinya total terjun di bidang agama: bidang yang memungkinkan seseorang mendapat nafkah dunia sekaligus mengejar pahala akhirat.
Benarkah mengejar dunia tidak pernah bisa kita sandingkan dengan kesibukan kita untuk mengejar akhirat? Benarkah kaum profesional tidak sanggup menyibukkan dirinya dengan ibadah-ibadah yang disunnahkan?
Ternyata, romadhan menunjukkan dua fakta penting yang meyakinkan para profesional bahwa mereka pun sanggup mengisi hidupnya dengan banyak amalan. Buktinya?
1. Ternyata, di tengah kesibukan dari pagi hingga sore hari di kantor maupun di tempat-tempat mencari nafkah, ternyata kita tidak mati lemas karena seharian tidak makan minum. Begitu juga yang terjadi ketika kita mengurangi waktu istirahat di malam hari dan menukarnya dengan sholat malam dan membaca qur'an. Keesokan harinya baik-baik saja. Ini menandakan bahwa meskipun harus menuntaskan tugas-tugas sebagai karyawan kantoran atau pun pengusaha, kaum profesional bisa juga menjalankan ibadah-ibadah yang lebih banyak.
Maka, di luar Romadhon pun mereka seharusnya bisa memperbanyak ibadah. Tidak hanya sholat lima waktu dengan sempurna, melainkan juga berpuasa sunnah, membaca qur'an dan menegakkan sholat malam. Bisa,.... pasti bisa!
2. Selama berpuasa kita bisa menahan keinginan dan dorongan untuk makan minum, meredam marah dan bahkan menahan rasa kantuk. Ini menjadi sinyal positif bahwa kita mampu menjadikan ruh sebagai pemimpin dari badan kita.
Seperti kita tahu, ruh dan badan selalu tarik menarik. Jika fisik tubuh kita lebih dominan, seseorang cenderung menjadi pribadi yang lemah. Maka ruh harus menjadi panglima yang memimpin tubuh kita. Ini bisa diterapkan di bulan-bulan lain. Bisa... pasti bisa!
Tapi mungkin sebagian orang akan berpendapat bahwa dua fakta di atas dapat terwujud karena Romadhon memang bulan penuh berkah. Salah satu berkahnya adalah karena adanya dorongan yang luar biasa sehingga yang beribadah bukan hanya satu dua orang, tapi banyak orang.
Nah, itulah satu jalan keluar yang bisa kita jadikan jalan keluar agar ibadah kita tidak sekadar menegakkan sholat lima waktu. Agar sehari-hari kita bisa memperbanyak ibadah, maka jangan lupa untuk mengajak orang-orang lain. Mulai dari keluarga, tetangga dan teman-teman muslim yang kita kenal, beritahu dan libatkan mereka sama-sama ikut kita menjalankan puasa-puasa yang disunnahkan, membaca qur'an, menegakkan sholat malam, menahan emosi, banyak berbagi, dll.
Ketahuilah, memang demikianlah karakter seorang muslim yang benar. Mereka gemar berjamaah, rindu ibadah bersama-sama.
Mochamad Husni
(Praktisi Humas sebuah perusahaan nasional)
twitter: @mochus; facebook: mochusni@yahoo.com
(pkspiyungan)
Gazza - Abu Ubaida, juru bicara Brigade Izzuddin Al Qassam, sayap militer gerakan perlawanan Hamas, menegaskan, jika tuntutan rakyat Pale...
23.30
Gazza - Abu Ubaida, juru bicara Brigade Izzuddin Al Qassam, sayap militer gerakan perlawanan Hamas, menegaskan, jika tuntutan rakyat Palestina tidak disetujui Israel, maka Al Qassam akan melumpuhkan bandara international Ben Gurion, bandara utama Israel.
“Kami tegaskan, kami siap kembali ke pertempuran dan akan kami bawa penjajah Zionist ke pertempuran besar. Kami akan lumpuhkan kehidupan masyarakat di kota-kota besar Israel dan aktivitas Bandara Internasional Ben Gurion,” tegas Abu Ubaida, Kamis (7/8) malam pukul 21.15 Waktu Gaza, dalam pernyataannya yang dikutip mi’raj news.
Lebih lanjut Abu Ubaida menyatakan, segala tuntutan rakyat Palestina seperti yang disampaikan dalam perundingan tak langsung di Kairo yang sedang berlangsung, merupakan tuntutan asasi manusia yang tidak perlu dirundingkan.
Seraya menyerukan kepada juru runding Palestina di Kairo untuk menarik diri jika satu saja tuntutan tidak tepenuhi.
“Kami meyakini bahwa segala tuntutan yang kami ajukan, sesungguhnya tidak perlu dirundingkan, karena semua tuntutan tersebut merupakan bagian dari hak asasi manusia yang sesuai dengan seluruh hukum dan adat internasional,” tutur Abu Ubaida.
bandar ben gurionLebih lanjut ia menegaskan “apabila tuntutan ini tercapai dalam perundingan di Kairo, silahkan perpanjang gencatan senjata, namun jika tidak maka segera tarik diri kalian dari permainan ini semua”
Ia menegaskan, para pejuang siap kembali ke medan pertempuran dan akan membawa tentara penjajah Israel ke dalam pertempuran besar dan menjanjikan akan mempecundangi pasukan penjajah Israel itu.
“Kami akan pancing mereka ke pertempuran darat berskala besar yang akan menjadi kehancuran tentara pecundang itu dan menyebabkan kematian ribuan tentara mereka, ratusan tawanan dan kami akan jadikan tank tank Merkava yang melegenda sebagai bahan tertawaan dunia,” tegasnya.
Peperangan antara para pejuang Palestina dan penjajah Israel telah memasuki hari ke 32 melalui beberapa kali terjadi gencatan senjata. Gencatan senjata terakhir saat ini dimulai Selasa 4/8 selama 72 jam dan akan berakhir pada Jumat (8/8) pukul 08.00 waktu Gaza. Gencatan senjata kali ini diadakan saat kedua belah pihak melakukan perundingan tidak langsung yang dimediasi Mesir di Kairo.
Sebelas jam menjelang berakhirnya gencatan senjata tidak ada hasil berarti yang dinginkan oleh rakyat Palestina dari perundingan. Tuntutan untuk membuka blokade Jalur Gaza secara penuh dan pembukaan pelabuhan serta pembebasan tawanan tidak disetujui oleh Israel.
Israel sendiri pada Rabu (6/7) malam menyetujui untuk memperpanjang gencatan senjata karena belum tercapainya kata sepakat atas tuntutan rakyat Palestina tersebut, namun pihak juru runding Palestina mengatakan tidak akan memperpanjang gencatan senjata jika tidak terpenuhinya semua tuntutan rakyat Palestina. (muslimdaily). sumber : pkspiyungan
Bertemu seorang Prabowo, di saat kasus orang hilang ramai dibicarakan, merupakan angin segar bagi DETAK. Pasalnya, mantan Danjen Kopassus...
21.39
Bertemu seorang Prabowo, di saat kasus orang hilang ramai dibicarakan, merupakan angin segar bagi DETAK. Pasalnya, mantan Danjen Kopassus ini, belakangan tidak mudah ditemui, apalagi diajak bicara seputar dugaan keterlibatan sepuluh anggota Kopassus yang terkait dengan kedudukannya sebagai atasan mereka saat terjadinya peristiwa. Beruntung seorang kawan yang mengadakan pesta ulang tahun, Minggu, 19 Juli 1998, menghadirkan mantan Danjen Kopassus ini sebagai salah satu tamunya. Langsung saja kesernpatan emas ini tidak begitu saja dilewatkan DETAK tanpa kongko-kongko seputar dirinya dan kasus penculikan. Seperti biasa, penampilannya tetap cerah, penuh percaya diri dan hangat.
Halo, Jenderal, apa kabar?
Alhamdulillah saya tetap sehat, lahir batin.
Kabar keluarga?
Oh, alhamdulillah juga, semua sehat. Hanya istri dan anak saya nggak bisa ikut ke sini. Titiek lagi nganter anak saya yang mau sekolah.
Jadi Anda bebas merdeka dong?
Dalam hal itu saya selalu bebas.
Lho, memangnya dalam hal apa nggak bebas?
Yah…, kalau you nanya soal kasus penculikan, baru saya tidak bebas.
Mengapa begitu?
Saya ini militer, tidak seperti you, bisa bebas bicara sesuka kata hati. Setiap bicara masalah yang sensitif, harus terlebih dahulu melapor pada atasan.
Tapi Jumat kemarin, 17 Juli 1998, anda bicara terbuka di depan wartawan, ‘Saya siap bertanggung jawab bila anak buah saya terbukti bersalah…’?
Saya harus mengatakan itu. Saya ini seorang perwira. Moral sebagai komandan harus saya tegakkan. Saya waktu bicara itu karena terpaksa. Soalnya teman-teman you (wartawan—Red.) sudah begitu gencar menyerbu saya dengan berbagai pertanyaan. Tapi, semua ini telah saya laporkan pada Pangab.
Jelasnya, apa yang Anda maksud dengan bertanggung jawab?
Lho, sebagai komandan harus mau bertanggung jawab.
Komentar Anda seputar kasus penculikan dan kedudukan Anda sebagai Danjen Kopassus saat itu?
Wah, saya milih no comment! Karena semua persoalan menyangkut diri saya, sudah saya laporkan pada Pangab. Saya memilih diam.
Dengan diam, apakah Anda mengakui semua tuduhan yang bergulir?
Tuduhan apa? Kan proses sedang berjalan. Kita lihat saja nanti.
Proses yang bagaimana?
Seperti kata saya tadi…, sesuai prosedur semua sudah saya laporkan pada atasan.
Jadi Anda melapor bahwa benar Anda yang mengotaki penculikan..? Heran saya, kenapa sih kalian senang betul menempatkan saya sebagai biang keladi penculikan. Pokoknya, no comment!
Tapi masyarakat telanjur dibuat berpikir bahwa Anda dalang utama peristiwa penculikan?
Saya seorang yang beragama. Tuhan maha tahu. Saya cinta negeri ini. Saya orang yang menghargai kemanusiaan. Demi Allah, saya tidak serendah itu.
Jadi akan tetap diam dan membiarkan seluruh prasangka berkembang?
Biarkan saja orang berburuk sangka pada saya. Bersikap pasrah pada Sang Pencipta membuat saya tenang. Apalah arti pangkat dan jabatan? Saya seorang prajurit yang mengabdi kepada bangsa dan negara Indonesia. Bila harus, nyawa saya pun siap saya serahkan untuk Ibu Pertiwi.
Harapan Anda ke depan?
Harapan saya agar masyarakat tahu; saya ini seorang prajurit TNI. Saya rasa itu saja!
*) Wawancara ini dimuat dalam Tabloid DETAK No. 2/I, 21-27 Juli 1998.
sumber : http://soedoetpandang.wordpress.com/2014/02/22/prabowo-demi-allah-saya-tak-serendah-itu/
Wawancara dari Bangkok, Thailand, Letjen TNI (Purn.) Prabowo Subianto bicara soal penculikan aktivis, dugaan keterlibatannya dalam kerusuh...
17.14
Wawancara dari Bangkok, Thailand, Letjen TNI (Purn.) Prabowo Subianto bicara soal penculikan aktivis, dugaan keterlibatannya dalam kerusuhan 13-14 Mei 1998, serta hubungannya dengan Soeharto, Habibie, dan Wiranto.
Dari siaran berita di radio, Letjen TNI (Purn.) Prabowo Subianto mendengar berita rekomendasi Dewan Kehormatan Perwira (DKP) bentukan Mabes ABRI. Ia diberhentikan dari karier militernya. Hari itu, Selasa, 25 Agustus 1998. “Saya tidak kaget,” kata Prabowo. Sebelum DKP mulai bekerja, mantan pangkostrad ini sudah tahu hasilnya. Ia harus menepi. Adalah mertuanya sendiri, mantan presiden Soeharto, yang mengisyaratkan agar ia keluar saja dari militer. “Itu lebih baik bagi ABRI,” kata Pak Harto, sekitar dua bulan sebelum keputusan itu. Sejak lengser dari posisi presiden, 21 Mei 1998, hubungan antara Prabowo dan mertuanya merenggang. Dia dianggap berkoalisi dengan Habibie untuk menekan Soeharto agar lengser, menilik situasi yang makin panas di masyarakat.
Keyakinan Prabowo makin kuat saat bertemu dengan mantan pangab Jenderal TNI (Purn.) L.B. Moerdani, pada satu acara, tak lama sebelum DKP mengakhiri pemeriksaannya. Di situ, Benny memberi sinyal yang sama. Karier Prabowo di militer sudah tamat. “Jadi, keputusan untuk menyingkirkan saya sudah jatuh sebelum DKP dibentuk,” tutur mantan Danjen Kopassus ini. DKP dibentuk untuk mengusut dugaan keterlibatan sejumlah perwira tinggi ABRI dalam kasus penculikan sembilan aktivis. Sanksi diberhentikan dari karier militer, bahasa halus untuk dipecat, cuma milik Prabowo. Mantan Danjen Kopassus Mayjen TNI Muchdi P.R., penerus posisi Prabowo yang diangkat jadi pangkostrad, pada 20 Maret 1998, Cuma dicopot dari jabatannya. Status militer tetap. Begitu juga Kolonel Chairawan, mantan komandan grup IV Kopassus.
Prabowo pasrah. “Ini risiko jabatan sebagai komandan,” katanya. Penangkapan aktivis terjadi kala ia masih menjabat Danjen Kopassus. Dalam pemeriksaan terbukti, Tim Mawar yang beranggotakan 11 prajurit Kopassus pimpinan Sersan Mayor Bambang Kristiono mengaku “mengamankan” sembilan aktivis itu, untuk melempangkan jalan bagi SU MPR 1998. Yang dia sesalkan, keputusan DKP justru tak pernah diterimanya langsung. Keesokan harinya, Prabowo menghadap ke Mabes ABRI, menanyakan ihwal keputusan itu. Dia bertemu Kasum ABRI Letjen TNI Fahroel Rozi, salah seorang anggota DKP, yang lantas menganjurkan Prabowo bertemu Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto.
Kesempatan diberikan keesokan hari, Kamis, 27 Agustus 1998. Pertemuan itu cuma berlangsung 10 menit. Mengenang pertemuan tersebut, Prabowo mencatat reaksi Wiranto membingungkan. Panglima ABRI ini bersikap seolah-olah tak bisa berbuat apa-apa untuk membantu Prabowo. “Kamu kan tahu kondisinya,” begitu ucapan Wiranto kepada Prabowo. Prabowo pun tak mau berbasa-basi. “I don’t like it,” katanya. Seraya menatap mata Wiranto, Prabowo minta maaf atas kesalahan yang dibuatnya selaku prajurit ABRI. Prabowo juga pamit untuk ke luar negeri, melaksanakan umrah dan berobat. “Saya sering mengalami kecelakaan dalam bertugas. Karena itu, saya akan menggunakan kesempatan ke luar negeri untuk berobat di Jerman,” kata Bowo, panggilan akrabnya. Dia juga minta tolong agar surat pensiunnya dari ABRI segera dikeluarkan agar dirinya bisa membantu adiknya, Hashim Djojohadikusumo berbisnis di Timur Tengah. “Saya kan perlu mencari nafkah,” ujar Bowo. Surat pensiun itu akhirnya diteken pada 20 November 1998, sementara TGPF menyampaikan laporannya pada 3 November 1998. Itulah pertemuan terakhir dengan Wiranto. Setelah itu, sambil mengantar anak dan istrinya, yang hendak ke AS, Prabowo berpamitan ke Pak Harto di Cendana.
Kini, setahun lebih berlalu. Langkah Prabowo jadi pebisnis makin mantap. Penampilannya tampak lebih santai dan terbuka. Prabowo yang kini memakai kacamata baca itu kelihatan lebih gemuk. “Pakai kacamata biar tampak lebih intelek,” kata Bowo sambil terbahak. Perjalanan bisnisnya membuat ia sering mampir ke negara tetangga, bertemu relasi setempat, pun kawan-kawan dari Indonesia.
Kamis (14 Oktober) lalu, ia mampir sehari ke Bangkok dalam perjalanannya ke Boston, AS, untuk acara keluarga. Di Bangkok, Prabowo sempat berbincang-bincang dengan empat wartawan dari Indonesia, termasuk dari Panji. Penulis berkesempatan ngobrol blak-blakan dengan Prabowo Rabu malam, dilanjutkan Kamis pagi hingga malam harinya. Ia didampingi Fadli Zon. Sejumlah pertanyaan Panji dijawabnya dengan terbuka meski pada beberapa poin ia minta nirwarta (off the record). “Saya tak ingin menimbulkan perpecahan dan perasaan tidak enak pada siapa pun,” kata Bowo.
Soal surat Muladi kepada Komnas HAM. Anda sebenarnya diberhentikan karena kasus penculikan atau kerusuhan 13-14 Mei 1998?
Itulah yang saya bingung. Saya diperiksa oleh DKP beberapa kali. Mungkin tiga atau empat kali. Dan semua pertanyaan saya jawab. DKP itu kan khusus menyelidiki soal penculikan sembilan aktivis. Saya pribadi tidak suka menggunakan istilah penculikan karena itu kan kesalahan teknis di lapangan. Niat sebenarnya adalah mengamankan aktivis radikal agar tidak mengganggu rencana pelaksanaan SU MPR 1998. Bahwa kemudian anak buah saya menyekap lebih lama sehingga dikatakan menculik, itu saya anggap kesalahan teknis. Tanggung jawabnya saya ambil alih.
Di DKP apakah ditanyai soal pemberi perintah penculikan?
Tentu. Tapi perintah menculik tidak ada. Yang ada operasi intelijen untuk mengamankan aktivis radikal itu. Sebab saat itu kan sudah terjadi ancaman peledakan bom di mana-mana. Dalam DKP saya kemukakan bahwa perintah pengamanan itu tidak rahasia. Mereka, para jenderal yang memeriksa saya pun tahu. Itu dari atasan dan sejumlah instansi, termasuk Kodam dilibatkan.
Benarkah Anda mendapat daftar 28 orang yang harus “diamankan” dalam konteks SU MPR?
Wah, dari mana Anda tahu? Tapi saya memang terima satu daftar untuk diselidiki. Jadi, untuk diselidiki. Bukan untuk diculik.
Dari siapa Anda terima daftar itu?
Saya tidak bisa katakan. Semua sudah saya katakan di DKP. Kita ini kan harus menjaga kehormatan institusi ABRI. Keterangan saya di DKP ada rekamannya.
Benarkah daftar itu Anda terima langsung dari RI 1, yakni presiden saat itu, Soeharto?
Saya sulit menjawab. Kepada Pak Harto saya sangat hormat. Beliau panglima saya. Kepala negara saya. Bahkan, lebih jauh lagi, beliau mertua saya, kakek dari anak saya. Bayangkan sulitnya posisi saya. Tapi semua itu sudah saya sampaikan ke DKP.
Anda tidak tanya pada Pak Harto daftar itu didapat dari mana?
Tentu saya tanya.
Pak Harto ngomong apa pada Anda waktu memberikan daftar itu?
Ha… ha… ha… Pertanyaan bagus, tapi sulit dijawab.
Kapan Anda terima daftar itu dari Pak Harto?
Beberapa hari setelah ledakan bom di rumah susun Tanah Tinggi.
Apakah nama 14 aktivis yang sampai kini belum ketahuan rimbanya ada di situ?
Saya lupa. Mungkin tidak. Itu daftar kan kalau saya tidak salah didapat dari rumah susun Tanah Tinggi. Jadi macam-macam nama orang ada di situ. Akan halnya enam aktivis, Andi Arief dkk., itu ada dalam daftar pencarian orang (DPO), yang diberikan polisi. Yang tiga, Pius Lustrilanang, Desmond J. Mahesa, dan Haryanto Taslam, itu kecelakaan. Saya tak pernah perintahkan untuk menangkap mereka. Semua mencari mereka yang ada dalam DPO itu. Kita dapat brifing terus dari Mabes ABRI. Kita selalu ditanyai. Sudah dapat belum Andi Arief. Tiap hari ditanya. Sudah dapat belum si ini… begitu. Kejar-kejaran semua. Itu pun, maaf ya, meski saya tanggung jawab, saya tanya anak-anak. Eh, kalian saya perintahkan nggak? BKO sampai nyebrang ke Lampung segala. Mereka ini namanya mau mencari prestasi. Tapi saya puji waktu mereka dapat. Mereka kan membantu polisi yang terus mencari-cari anak-anak itu. Soalnya Andi Arief kan dikejar-kejar.
Selain Anda, siapa lagi yang menerima daftar itu dari Pak Harto? Apakah betul Kasad Jenderal Wiranto dan pangab saat itu, Jenderal Feisal Tanjung menerima daftar serupa?
Yang bisa saya pastikan, saya bukan satu-satunya panglima yang menerima daftar itu. Pimpinan ABRI lainnya juga menerima. Dan daftar itu memang sifatnya untuk diselidiki. Perintahnya begitu. Seingat saya, Pak Harto sendiri sudah mengakui kepada sejumlah menteri bahwa itu adalah operasi intelijen. Di kalangan ABRI, sudah jadi pengetahuan umum. Tapi, sudahlah, kalau bicara Pak Harto saya sulit. Apalagi saya tak mau memecah-belah lembaga yang saya cintai, yakni ABRI, khususnya TNI.
Bukankah hubungan Anda dan Pak Harto belakangan retak?
Itu benar dan sangat saya sesalkan. Mungkin ada yang memberikan masukan kepada Pak Harto, seolah-olah saya sudah tidak loyal kepada beliau. Saya dikatakan sudah main mata dengan Pak Habibie dan karena itu menyarakan agar Pak Harto lengser pada pertengahan Mei. Mungkin itu yang membuat Pak Harto marah kepada saya. Ironis, bukan? Oleh masyarakat saya dianggap sebagai status quo karena menjadi bagian dari Pak Harto. Saya tidak menyesal. Memang saya menikah dengan putrinya. Tapi Pak Harto sendiri, dan keluarganya, justru marah kepada saya.
Benarkah Anda mengusulkan agar Pak Harto lengser?
Ya. Malah sebelum Pak Harto mundur, setelah terjadi peristiwa Trisakti, saya pernah mengatakan kepada seorang diplomat asing. Tampaknya Pak Harto akan mundur. Eskalasi situasi dan peta geopolitik saat itu menghendaki demikian. Saya juga kemukakan ini sehari setelah Pak Harto kembali dari Kairo (15 Mei 1998—Red.). Aplagi Pak Harto di Kairo memang mengisyaratkan kesediaan untuk lengser. Mungkin ada yang tidak suka saya bicara terbuka. Tapi saya biasa bicara apa adanya dan terus terang. Saya tidak suka basa-basi. Mungkin di situ masalahnya.
Kenapa akhirnya Anda mengambil tanggung jawab penculikan sembilan aktivis?
Di situ saya merasa agak dicurangi dan diperlakukan tidak adil. Mengamankan enam orang ini kan suatu keberhasilan. Wong orang mau melakukan aksi pengeboman, kita mencegahnya. Mereka merakit 40 bom. Kita mendapatkan 18, ada 22 bom yang masih beredar di masyarakat. Katanya yang 22 itu sudah dibawa ke Banyuwangi. Bom yang meledak di rusun Tanah Tinggi dan di Demak, Jawa Tengah itu kan karena anak-anak itu, para aktivis, nggak begitu ahli merakit bom. Jadi, kurang hati-hati, salah sentuh, meledak. Di Kopassus pun tidak sembarang orang bisa merakit bom. Tidak semua orang bisa. Ini ada spesialisasinya. Saya tidak bisa bikin bom. Jadi kita ini mencegah peledakan bom di tempat-tempat strategis dan pembakaran terminal. Kita harusnya dapat ucapan terima kasih karena melindungi hak asasi masyarakat yang terancam peledakan itu. Soal tiga orang, memang kesalahan. Saya minta maaf pada Haryanto Taslam dan yang lain. Tapi dia juga akhirnya terima kasih. Untung yang menangkap saya. Kan hidup semua. Saya mau bertemu mereka.
Anda pernah berpikir tidak bahwa dokumen atau daftar yang berasal dari rusun Tanah Tinggi itu buatan pihak yang berniat jahat?
Belakangan saya berpikir juga. Jangan-jangan dokumen itu bikinan. Dalam dokumen itu, seolah-olah ada rapat di rumah Megawati. Saya nggak bisa dan tidak mau menyalahkan anak buah. Saya katakan kepada mereka, you di pengadilan mau ngomong apa aja deh, saya akan ikuti. Saya diadili juga siap. Saya bilang, Haryanto Taslam saya perintahkan nggak untuk ditangkap? Tidak ada. Tapi saya ambil alih tanggung jawab. Di DKP pun saya katakan bahwa anak-anak itu tidak bersalah. Mereka adalah perwira-perwira yang terbaik. Saya tahu persis karena saya komandan mereka. Cek saja rekamannya di DKP. Tapi bahwa mungkin mereka salah menafsirkan, terlalu antusias, sehingga menjabarkan perintah saya begitu, ya bisa saja. Atau ada titipan perintah dari yang lain, saya tidak tahu. Intinya, saya mengaku bertanggung jawab.
Apa memang ada pihak yang ikut nimbrung saat itu memberikan perintah?
Bisa saja. Saya tidak tahu. Tapi tetap apa yang sudah terjadi adalah tanggung jawab saya. Tetap itu anak buah saya. Saya kan mesti percaya sama anak buah. Makanya saya nggak apa-apa diberhentikan. Saya nggak heran. Ini risiko saya. Iya kan?
Tapi kalau kemudian saya sudah berhenti, masih diisukan ini, itu, dibuat begini, begitu. Ah…, saya merasa dikecewakan oleh Pak Wiranto. Saya merasa harusnya dia tahu situasinya saat itu bagaimana. Dia tahu kok ada perintah penyelidikan itu. Begitu dia jadi pangab, saya juga laporkan, sedang ada operasi intelijen, sandi yudha, begini, begitu. Kepada beberapa menteri Pak Harto ngomong bahwa itu operasi intelijen. Tapi begitu Pak Harto tidak berkuasa, situasinya dimanfaatkan oleh perwira yang ingin menyingkirkan saya.
Apa betul AS berkepentingan agar Anda dipecat?
Tidak tahu. Tapi Cohen (Menhan AS William Cohen—Red.) kan ketemu
saya juga.
Perintahnya menyelidiki kok bisa kepeleset menculik. Bagaimana itu?
Ya. Tapi dalam operasi intelijen itu kan biasanya kita ambil, ditanyai, dan kalau bisa terus dia berkerja untuk kita. Kan begitu prosedurnya. Sudahlah, itu kesalahan teknis, yang kemudian dipolitisasi. Dan memang waktu itu saya harus dihabisi. Dulu Jenderal Soemitro dituduh terlibat Malari, mau menyaingi Pak Harto. Pak H.R. Dharsono dituduh terlibat kasus Tanjung Priok. Itu politik. Yang kemudian naik orang yang nggak bisa apa-apa, nggak pernah bikin inisiatif dan karenanya tidak pernah bikin salah. Lihat Prancis, itu kan negara yang menjunjung tinggi hak sasai manusia. Tapi, dia ledakkan kapal Greenpeace yang mau masuk ke perairan nasionalnya. Kalau sudah kepentingan nasional dia ledakkan itu.
Anda kan lama di luar negeri, besar di negara yang liberal, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Kok Anda tetap mentolerir gaya penangkapan atau penculikan itu? Bukankah itu menjadi sorotan dunia internasional terhadap penegakan HAM di Indonesia?
Benar. Begini, secara moral, saya tidak salah karena orang-orang itu berniat berbuat kejahatan yang bertentangan dengan hak-hak asasi manusia. Menurut saya membuat aksi pengeboman, membakar terminal, untuk mengorbankan orang-orang tidak berdosa. Mereka justru membahayakan hak asasi manusia orang lain. Tidak bisa dong. Kalau you berbeda dalam politik, you bertempur lewat partai politik. Jangan bikin aksi teror.
Informasi soal rencana pengeboman itu didapat dari interogasi, bukan kita ngarang. Dapat keterangan dari mereka. Anda dengar ancaman bom tiap minggu. Seluruh bank tutup, BI tutup. Korban kepada bangsa bagaimana. Itu aksi destabilisasi. Jadi, jangan salah, untuk menegakkan demokrasi, kita justru harus menjaga keamanan. Tidak bisa demokrasi tanpa keamanan. Itu duty kita, panggilan kita. Tapi, lawan-lawan saya lebih kuat. Punya media massa, punya kemampuan untuk perang psikologi massa.
Kok Anda dulu tidak segera membantah kalau memang merasa tidak bersalah?
Hashim memang menyuruh saya. Kamu harus jawab dong. Saya malas juga. Saya kan tidak berbuat. Saya percaya kebenaran akan muncul. Hashim bilang, “Tidak bisa dong kalau kamu diam berarti kamu mengakui itu benar.” Memang ada teori itu. Teori pengulangan kebohongan. Kalau diulang-ulang terus, orang jadi percaya. Itu teori yang digunakan Hitler kepada rakyat Jerman.
Anda tidak mau nuntut soal pemecatan itu karena tidak ingin mempermalukan Pak Harto?
Benar, terutama itu. Juga tak ingin mencemari institusi ABRI, khususnya TNI AD. Bagaimanapun juga Pak Harto jenderal bintang lima. Ini kan tidak baik dalam iklim dan budaya bangsa Indonesia. Apa pun yang terjadi. Ada masalah dilematis, bagaimanapun dia kakek dari anak saya. Itu yang dilematis. Walaupun dia kemudian membenci saya.
Sebelumnya, Prabowo merasa diperlakukan tidak adil kala dipaksa menyerahkan jabatan sebagai pangkostrad pada 22 Mei 1998. “Saya tak sempat membuat memorandum serah terima jabatan. Istri saya, ketua Persit pun, tak sempat serah terima. Setahu saya, dalam sejarah ABRI, belum pernah ada perwira tinggi dipermalukan oleh institusinya, seperti yang saya alami,” kata Bowo. Dia memang digeser saat situasi politik gojang-ganjing dan Soeharto baru lengser pada 21 Mei 1998. Dugaan yang beredar saat itu, Bowo diganti karena dianggap hendak melancarkan kudeta kepada Habibie. Malam itu, sesudah pergantian presiden pagi harinya, situasi Jakarta memang genting. Sejumlah pasukan berseragam loreng tampak di seputar wilayah Istana Negara, Monas, Jakarta.
Dugaan terjadi pengepungan Istana sempat dibantah habis-habisan oleh Mabes ABRI. Padahal, sejumlah media massa memberitakannya. Kemudian, pada 22 Februari 1999, di depan sejumlah eksekutif pers dalam forum Asia-German Editors, di Istana Merdeka, Presiden Habibie bercerita soal pengepungan itu. Habibie mengaku keluarganya terancam malam itu, dan nyaris diungsikan. “Tidak usah ditutup-tutupi, kita tahulah yang memimpin konsentrasi pasukan itu, orangnya Prabowo Subianto,” kata Habibie berapi-api. Dia mengaku diberi tahu Wiranto. Pers geger. Prabowo saat itu sudah di luar negeri. Lewat kawan dekatnya, ia membantah.
Dan, dua hari kemudian, dalam sidang di Komisi I DPR RI, Jenderal Wiranto membantah ucapan Habibie. Menurutnya, itu bukan konsentrasi pasukan, melainkan konsolidasi. Tak ada yang berniat kudeta saat itu. Anehnya, Habibie tak bereaksi atas bantahan Wiranto itu. Sehingga publik makin bingung, mana yang benar, ucapan Habibie atau Wiranto. Benarkah Habibie dapat masukan dari Wiranto? Sebab dalam satu pertemuannya dengan tokoh Dewan Dakwah Islamiyah, 30 Juni 1998, Habibie mengaku diberi tahu soal konsentrasi pasukan itu oleh Letjen TNI Sintong Panjaitan, orang dekat Habibie yang kini menjabat sesdalopbang.
Setelah berkelana di luar negeri, ketenangan Prabowo terusik oleh ucapan Habibie itu, yang dikutip oleh pers luar negeri pula. Tapi, bantahan Wiranto cukup menenangkannya. “Pak Wiranto harus membantah karena memang apa yang diucapkan Habibie tidak benar,” kata Bowo. Menurutnya, semua panglima saat itu menerima perintah dari Mabes ABRI. Saat situasi genting, ada pembagian tugas, bahwa Kopassus dipasrahi mengawal presiden dan wakil presiden, sedangkan Kostrad diminta menjaga objek vital dan strategis. Kata Prabowo, untuk melaksanakan perintah Mabes ABRI itulah sejumlah pasukan berada di sekitar kawasan Istana dan Monas. “Pak Wiranto tahu persis bahwa perintah itu ada. Saksinya banyak, para panglima komando,” kata Bowo.
Dalam pemeriksaan di TGPF, ada kesan kegiatan Anda pada 13 Mei 1998 tidak diketahui. Muncul kecurigaan, Anda sedang apa saat itu? Apa sih yang Anda lakukan hari itu?
Saya mulai dari 12 Mei 1998. Malam itu, pukul 20.00 wib, ketika di rumah Jl. Cendana No. 7, saya ditelepon Sjafrie (Pangdam Jaya saat itu, Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin). Kata dia, “Gawat nih, Wo, ada mahasiswa yang tewas tertembak.” Saya lalu bergegas ke Makostrad. Saya sudah antisipasi, besok pasti ramai. Maka pasukan saya konsolidasi. Kalau perlu tambahan pasukan kan mesti disiapkan tempatnya. Mau ditaruh di mana mereka. Malam itu saya terus memantau situasi. Lalu, terpikir oleh saya, kelanjutan rencana acara Kostrad di Malang pada 14 Mei 1998. Rencananya inspektur upacara adalah Pangab Wiranto. Pangkostrad juga harus hadir. Kalau ibu kota genting, apa kita masih pergi juga?
Keesokan harinya, sejak pukul 08.00 WIB, saya mengontak Kol. Nur Muis dan menyampaikan usulan agar acara di Malang ditunda. Atau, kehadiran pangab dibatalkan saja karena situasi ibu kota genting. Biar saya saja yang berangkat. Jawaban dari Pak Wiranto yang disampaikan lewat Kol. Nur Muis, acara tetap berlangsung sesuai rencana. Irup (Inspektur Upacara—Red.) tetap Pak Wiranto dan saya selaku pangkostrad tetap hadir. Beberapa opsi usulan saya tawarkan kepada Pak Wiranto, yang intinya agar tidak meninggalkan ibu kota, karena keadaan sedang gawat. Posisi terpenting yang harus diamankan adalah ibu kota. Tapi, sampai sekitar delapan kali saya telepon, keputusan tetap sama. Itu terjadi sampai malam hari.
Jadi, pada 14 Mei, pukul 06.00 WIB kita sudah berada di lapangan Halim Perdanakusumah. Saya kaget juga. Panglima utama ada di sana. Danjen Kopassus segala ikut. Saya membatin, sedang genting begini kok seluruh panglima, termasuk panglima ABRI malah pergi ke Malang. Padahal, komandan batalion sekalipun sudah diminta membuat perkiraan cepat, perkiraan operasi, begini, lantas bagaimana setelahnya. Tapi, ya sudah, saya patuh saja pada perintah. Saya ikut ke Malang.
Kembali ke Jakarta sekitar pukul 11.00 WIB. Ketika hendak mendarat di Halim, ibu kota terlihat diselimuti asap hitam. Selanjutnya, seperti telah ditulis di berbagai media massa, saya membantu mengingatkan Sjafrie perlunya mengamankan ibu kota lewat patroli dengan panser di sepanjang Jl. Thamrin. Malam harinya, saya bertemu dengan sejumlah orang di Makostrad. Itu yang kemudian dituduh mau merencanakan kerusuhan. Padahal, di tengah jalan sore itu saya ditelepon, karena Setiawan Djodi dan Bang Buyung Nasution ingin bertemu. Ternyata sudah ada beberapa orang di kantor saya, ada Fahmi Idris, Bambang Widjojanto, dan beberapa orang lain. Itu pertemuan terbuka, membicarakan situasi yang terakhir. Bang Buyung dominan sekali malam itu. Dia banyak bicara. Acara ditutup makan malam dan kemudian kami ada rapat staf di Mabes.
Kalau kemudian surat Muladi mengatakan saya bersalah karena gagal menjaga keselamatan negara sehingga menimbulkan kerusuhan 13-14 Mei, bagaimana ceritanya.
Pangkoops, selaku penanggung jawab keamanan ibu kota adalah Pangdam Sjafrie?
Mestinya iya. Penanggung jawab yang lebih tinggi ya panglima ABRI.
Dalam pemeriksaan di TGPF, mantan Ka BIA (Kepala Badan Intelijen ABRI—Red.) Zacky Makarim, konon mengatakan bahwa sebulan sebelum peristiwa Trisakti, ada perkiraan situasi intelijen versi Anda, yang mengatakan, eskalasi meningkat dan dikhawatirkan akan ada martir di kalangan mahasiswa. Bagaimana Anda sampai pada kesimpulan itu?
Situasinya memang demikian. Aksi mahasiswa kan bukan cuma di Jakarta, melainkan meluas ke daerah. Di Yogyakarta, aksi mahasiswa malah sempat bentrok. Berdasarkan analisis situasi, saya mengingatkan kemungkinan adanya eskalasi yang memanas dan kalau aksi mahasiswa meluas, bukan tidak mungkin jatuh korban atau ada pihak-pihak yang ingin ada korban di pihak mahasiswa. Itu saya ingatkan.
Tapi, justru Anda dituduh bertanggung jawab atas penembakan mahasiswa Trisakti?
Iyalah. Saya ini selalu dituduh. Apa untungnya bagi saya membuat jatuh korban? Saat itu kan presidennya Pak Harto. Mertua saya. Saya bagian dari status quo itu. Kan begitu tuduhannya. Masak saya membuat situasi agar Pak Harto jatuh. Pak Harto jatuh kan saya jatuh juga. Sejarah kan begitu kejadiannya.
Mungkin Anda ingin menunjukkan bahwa Wiranto tidak kapabel mengamankan Jakarta?
Tidak ada alasan juga. Motifnya tidak ada.
Bukankah Anda pernah disebut-sebut minta jabatan pangab dan katanya dijanjikan Habibie untuk jadi pangab?
Lebih dari tiga kali Habibie mengatakan kepada saya. “Bowo, kalau saya jadi presiden, you pangab.” Itu faktanya. Habibie bahkan mengatakan saya ini sudah dianggap anak ketiganya. Saya memang dekat dengan Habibie, karena saya mengagumi kepandaiannya, visinya. Meskipun sekarang saya kecewa karena dia menuduh saya berbuat sesuatu yang bohong. Saya merasa dikhianati. Bahwa saya ingin jadi pangab, apakah itu salah. Setiap prajurit, tentara, tentu bercita-cita menjadi pangab. Why not? Saya tidak pernah menyembunyikan itu. Bahwa kemudian dipolitisasi, seolah-olah pada saat genting, saat pergantian kepemimpinan 21 Mei 1998 itu, saya minta jadi pangab, silakan saja. Tapi, saya tak pernah minta jadi pangab kepada Habibie.
Benar tidak Anda pernah didesak jadi pangab sekitar 19-20 Mei itu?
Ada yang mendesak. Bahkan ada yang mengusulkan agar saya mengambil alih situasi. Saya tolak. Saya orang yang konstitusional. Wapres masih ada dan sehat. Menhankam/Pangab masih ada. Tidak ada alasan untuk mengambil alih. Kalau saya melakukan kudeta, setelah itu mau apa? Inkonstitusional, tidak demokratis, dan lebih berat lagi, secara psikologis saya ini kan terkait dengan keluarga Pak Harto. Kalau Pak Harto sudah menyerahkan ke Habibie, masak saya mau kudeta? Di luar itu semua, yang terpenting, saya berasal dari keturunan keluarga pejuang. Anda tahu paman saya gugur sebagai pahlawan muda. Kakek saya pejuang. Moyang saya, selalu berjuang melawan penjajah kolonial Belanda. Bagaimana mungkin saya menodai garis keturunan yang begitu saya banggakan, dengan berpikir mengambil alih kekuasaan secara inkonstitusional.
Ketika Habibie mengatakan Anda datang menemui Habibie pada 22 Mei 1998, benarkah Anda membawa senjata dan pasukan sehingga Habibie merasa terancam?
Senjata saya tanggalkan di depan pintu. Jangankan menghadap presiden, wong menghadap komandan kompi saja senjata harus dicopot. Bohong besar berita yang mengatakan saya hendak mengancam Habibie.
Jujur saja, kalau memang saya ingin, bisa saja. Jangan meremehkan pasukan Kopassus, tempat saya dibesarkan. Ingat, Pak Sarwo Edhi (almarhum) hanya butuh dua kompi untuk mengatasi situasi saat G-30-S/PKI. Dan anak buah saya memang ada yang sakit hati saya diberhentikan seperti itu. Pataka komando hendak diambil begitu saja tanpa sepengetahuan saya. Saya datang ke Habibie karena sebelumnya dia selalu berkata. “Bowo, kalau ada keragu-raguan, jangan segan-segan menemui saya.” Itulah yang saya lakukan. Menemui Habibie untuk bertanya apakah betul dia ingin mengganti saya dari jabatan pangkostrad. Habibie bilang turuti saja perintah atasan. Ini kemauan ayah mertua kamu juga. Jadi, Pak Harto memang minta saya diganti.
Soal anggapan bahwa para jenderal ingin menyingkirkan Anda, apakah ini disebabkan oleh sikap Anda sebelumnya yang disebut arogan, karena dekat dengan pusat kekuasaan?
Saya akui, itu ciri khas. Dan itu jadi senjata buat yang ingin menjatuhkan. Tapi kita lihat kepemimpinan itu dari output. Bisa tidak meraih prestasi kalau prajuritnya tak semangat. Semangat itu tidak bisa dibeli dengan uang. Kadang-kadang mereka mau mati karena bendera. Kain itu harganya berapa? Tentara Romawi mati-matian demi bendera. Itu kan kebanggaan. Bagaimana? Saya ciptakan teriakan, berapa harganya? Saya dapatkan dari gaya suku dayak. Teriakan panjang itu bisa membangkitkan semangat, mengurangi ketakutan, dan menakutkan musuh. Pakai duit berapa? Tapi hal-hal ini tidak populer di mata the salon officer. Apa nih Prabowo pakai nyanyi-nyanyi segala. Pakai bendera, pakai teriakan. Kenapa orang fanatik membela sepakbola, sampai membakar, ini psikologi massa. Masa kita mau mati karena uang? Buat apa uangnya kalau kita harus mati.
Sebagai menantu presiden saat itu, tentu Anda lebih mudah naik pangkat dibanding yang lain. Ini bikin cemburu juga kan?
Ya, tapi akses kepada penguasa politik. Itu wajar. Jenderal Colin Powell, peringkat ke berapa dia bisa jadi pangab AS. Dia bekas sekretaris militer Bush waktu jadi wakil presiden. Jadi, waktu Bush jadi presiden, dia jadi pangab. Bahwa saya punya akses kepada penguasa politik, saya sependapat. Tapi kan bukan hanya saya. Pak Wiranto kan dari ajudan presiden. Langsung kasdam, langsung pangdam, langsung pangkostrad. Itu kan tuduhan saja kepada saya. Coba dilihat berapa kali saya VC (kontak senjata langsung di medan operasi), berapa kali bertugas di daerah operasi, berapa kali tim saya di Kopassus merebut kejuaraan, berapa kali operasi militer saya selesaikan, apa yang saya buat di Mount Everest itu kan mengangkat bangsa. Berapa saya melatih prajurit komando dari beberapa negara. Itu kan tidak dilihat. Yang dicari cuma daftar dosa saya. Ya memang kalau you dalam keadaan kalah politik, segala dosa bisa ditemukan. Dia keluar negeri nggak izin, dia ini, dia itu. Semua bisa ketemu. Kalau menang? Itu kan politik.
Jordania, seolah menjadi negara ibu yang kedua bagi Letjen TNI (Purn.) Prabowo Subianto. Di Amman, ibu kota Yordania yang terletak di jazirah Arab, mantan pangkostrad ini tinggal di apartemen. Prabowo, yang dicopot dari jabatan dan kariernya di ABRI, mengaku jatuh cinta pada Jordania tanpa sengaja. “Saat saya disingkirkan oleh ABRI, oleh elite politik di Indonesia, negeri ini menerima saya dengan baik,” kata dia.
Persahabatannya dengan Raja Abdullah dimulai kala sang raja masih pangeran dan menjadi komandan tentara Jordania. Mereka bertemu di AS, tak lama setelah Prabowo selesai berobat di Jerman, setelah pensiun dari militer tahun lalu. Pangeran Abdullah menyatakan simpati dan mengundangnya mampir ke Amman.
Raja Abdullah
Undangan itu dipenuhi Bowo. Pada hari dan jam yang ditentukan (sekitar pukul satu siang), Prabowo berkunjung ke markas tentara pimpinan Pangeran Abdullah. Terkejut dia karena untuk menyambut kehadirannya telah disiapkan upacara penyambutan tamu secara militer. Padahal Prabowo datang mengenakan busana kasual. Oleh anak buah Pangeran Abdullah, Prabowo “dipaksa” menginspeksi pasukan. Di ujung barisan, Pangeran Abdullah tampak tersenyum-senyum dan memeluk Bowo. “Di sini, Anda tetap jenderal,” bisik Abdullah. Tak lama kemudian, menjelang ayahnya, Raja Hussein mangkat, Abdullah dinobatkan sebagai putra mahkota dan kemudian menjadi Raja Jordania. (Uni Z. Lubis)
sumber :
*) Dimuat dalam rubrik Wawancara Khas Majalah PANJI No. 28/III, 27 Oktober 1999
http://soedoetpandang.wordpress.com/2014/03/31/saya-dikhianati-habibie/
Oleh : Ustadz Abdullah Haidir, Lc Menganggap bahwa taubat hanya layak dilakukan apabila telah yakin bahwa dirinya tidak akan kembali b...
01.40
Oleh : Ustadz Abdullah Haidir, Lc
Menganggap bahwa taubat hanya layak dilakukan apabila telah yakin bahwa dirinya tidak akan kembali bermaksiat.
Menunda-nunda bertaubat karena khawatir dirinya akan mengulangi kemaksiatan yang sama.
Kian larut dalam maksiat tanpa keinginan mengurangi. Menganggap bahwa hal tersebut tak bermanfaat selama masih suka berdosa.
Jika kembali berbuat dosa dirinya menganggap telah mempermainkn taubat dan bersikap munafik.
Lebih mengedepankan motivasi duniawi ketimbang ikhlas semata krn Allah seraya berharap ridho dan ampunanNya.
Rancu dlm memahami antar "tekad" tak kembali bermaksiat dengan "jaminan" tidak kembali bermaksiat.
Tekad tidak kembali bermaksiat adalah syarat taubat. Tapi jaminan tdk kembali bermaksiat bukan syarat taubat.
Meninggalkan kewajiban-kewajiban agama dan menjauhi majelis orang-orang saleh dan majelis zikir dengan anggapan dirinya masih penuh kotoran maksiat.
Hanya suka membesar-besarkan dosanya, lupa dengan kemurahan dan ampunan Allah yg lebih besar.
Tidak bertaubat lagi jika ternyata mengulangi maksiat dengan anggapan taubat berikutnya tidak diterima.
Yang benar, jika bermaksiat lagi, taubat lagi... bermaksiat lagi, taubat lagi. Kalahkan setan oleh taubatmu sebelum dia mengalahkanmu dg ke-putus asa-an mu..
Sebelum nyawa sampai kerongkongan, atau matahari terbit dari barat, tidak ada yg menutup pintu taubat, selama ikhlas...
Mari kita bertaubat..... Astaghfirullahal aziim wa atuubu ilaih.....
Sumber : Ustadz Abdullah Haidir, Lc
Artikel Lainnya :
Saudaraku … Apa yang kau anggap atas dirimu sendiri? Begitu banyakkah dosa dan noda? Ketahuilah, setiap manusia –siapa pun dia- juga memil...
17.57
Saudaraku …
Apa yang kau anggap atas dirimu sendiri? Begitu banyakkah dosa dan noda? Ketahuilah, setiap manusia –siapa pun dia- juga memiliki kesalahan, dan sebaik-baik manusia yang membuat kesalahan adalah yang mau bertaubat. Mari jadilah yang terbaik ……….
Saudaraku …
Apa yang menghalangimu membela agamamu? Apa yang merintangimu beramal demi kejayaan Islam dan kaum muslimin? Dosa, noda, dan maksiat itu? Ketahuilah, jika kau diam saja, tidak beramal karena merasa belum pantas berjuang, masih jauh dari sempurna, maka daftar noda dan maksiat itu semakin bertambah. Itulah tipu daya syetan atas anak Adam, mereka menghalangi manusia dari berjuang dan hidup bersama para pejuang, dengan menciptakan keraguan di dalam hati manusia dengan menjadikan dosa-dosanya sebagai alasan.
Saudaraku …
Hilangkan keraguanmu, karena Rabbmu yang Maha Pengampun telah berfirman:
إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ
Sesungguhnya kebaikan-kebaikan akan menghapuskan keburukan-keburukan. (QS. Hud: 114)
Hilangkan pula kebimbinganmu, karena kekasih hati tercinta, NabiNya yang mulia –Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam- telah bersabda:
وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا
Ikutilah perbuatan burukmu dengan perbuatan baik, niscaya itu akan menghapuskannya. (HR. At Tirmidzi No. 1987, katanya: hasan shahih. Ahmad No. 21354, 21403, 21487, 21536, 21988, 22059, Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Al Kabir No. 296, 297, 298, juga Al Mu’jam Ash Shaghir No. 530, Ad Darimi No. 2833, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 178, katanya: “Shahih, sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim.” Disepakati oleh Imam Adz DZahabi dalam At Talkhish. Sementara Syaikh Syu’aib Al Arnauth dan Syaikh Al Albani menghasankannya dalam kitab mereka masing-masing)
Saudaraku …
Tidak usah berkecil hati dan jangan putus asa, sungguh agama mulia ini pernah dimenangkan oleh orang mulianya dan para fajir(pelaku dosa)nya. Semuanya mengambil bagian dalam gerbong caravan pejuang Islam. Imam Al Bukhari telah membuat Bab dalam kitab Shahihnya, Innallaha Yu’ayyidu Ad Diin bir Rajul Al Faajir (Sesungguhnya Allah akan menolong agamaNya melalui seseorang yang fajir). Ya, kadang ada pelaku maksiat, seorang fajir, justru dia melakukan aksi-aksi nushrah (pertolongan) terhadap agamanya, dibanding laki-laki yang shalih. Semoga aksi-aksi nushrah tersebut bisa merubahnya dari perilaku buruknya, dan dia bisa mengambil pelajaran darinya sampai dia berubah menjadi orang shalih yang berjihad, bukan lagi orang fajir yang berjihad.
Saudaraku … Ada Abu Mihjan!!
Kukisahkan kepadamu tentang Abu Mihjan Radhiallahu ‘Anhu. Ditulis dengan tinta emas para ulama Islam, di antaranya Imam Adz Dzahabi dalam Siyar A’lamin Nubala pada Bab Sirah Umar Al Faruq. (2/448. Darul Hadits, Kairo), juga Usudul Ghabah-nya Imam Ibnul Atsir. (6/271. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah)
Beliau adalah seorang laki-laki yang sangat sulit menahan diri dari khamr (minuman keras). Beliau sering dibawa kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk diterapkan hukum cambuk (Jild) padanya karena perbuatannya itu. Bahkan Ibnu Jarir menyebutkan Abu Mihjan tujuh kali dihukum cambuk. Tetapi, dia adalah seorang laki-laki yang sangat mencintai jihad, perindu syahid, dan hatinya gelisah jika tidak andil dalam aksi-aksi jihad para sahabat nabi Radhiallahu ‘Anhum.
Hingga datanglah perang Al Qadisiyah yang dipimpin oleh Sa’ad bin Abi Waqash Radhiallahu ‘Anhu melawan Persia, pada masa pemerintahan Khalifah Umar Radhiallahu ‘Anhu. Abu Mihjan ikut andil di dalamnya, dia tampil gagah berani bahkan termasuk yang paling bersemangat dan banyak membunuh musuh. Tetapi, saat itu dia dikalahkan keinginannya untuk meminum khamr, akhirnya dia pun meminumnya. Maka, Sa’ad bin Abi Waqash menghukumnya dengan memenjarakannya serta melarangnya untuk ikut jihad.
Di dalam penjara, dia sangat sedih karena tidak bisa bersama para mujahidin. Apalagi dari dalam penjara dia mendengar suara dentingan pedang dan teriakan serunya peperangan, hatinya teriris, ingin sekali dia membantu kaum muslimin melawan Persia yang Majusi. Hal ini diketahui oleh istri Sa’ad bin Abi Waqash yag bernama Salma, dia sangat iba melihat penderitaan Abu Mihjan, menderita karena tidak dapat ikut berjihad, menderita karena tidak bisa berbuat untuk agamanya! Maka, tanpa sepengetahuan Sa’ad -yang saat itu sedang sakit, dan dia memimpin pasukan melalui pembaringannya, serta mengatur strategi di atasnya- Beliau membebaskan Abu Mihjan untuk dapat bergabung dengan para mujahidin. Abu Mihjan meminta kepada Salma kudanya Sa’ad yaitu Balqa dan juga senjatanya. Beliau berjanji, jika masih hidup akan mengembalikan kuda dan senjata itu, dan kembali pula ke penjara. Sebaliknya jika wafat memang itulah yang dia cita-citakan.
Abu Mihjan berangkat ke medan tempur dengan wajah tertutup kain sehingga tidak seorang pun yang mengenalnya. Dia masuk turun ke medan jihad dengan gesit dan gagah berani. Sehingga Sa’ad memperhatikannya dari kamar tempatnya berbaring karena sakit dan dia takjub kepadanya, dan mengatakan: “Seandainya aku tidak tahu bahwa Abu Mihjan ada di penjara, maka aku katakan orang itu pastilah Abu Mihjan. Seandainya aku tidak tahu di mana pula si Balqa, maka aku katakan kuda itu adalah Balqa.”
Sa’ad bin Abi Waqash bertanya kepada istrinya, dan istrinya menceritakan apa yang terjadi sebenarnya pada Abu Mihjan, sehingga lahirlah rasa iba dari Sa’ad kepada Abu Mihjan.
Perang usai, dan kaum muslimin menang gilang gemilang. Abi Mihjan kembali ke penjara, dan dia sendiri yang memborgol kakinya, sebagaimana janjinya. Sa’ad bin Waqash Radhiallahu ‘Anhu mendatanginya dan membuka borgol tersebut, lalu berkata:
لا نجلدك على خمر أبدا فقال: وأنا والله لا أشربها أبدا
Kami tidak akan mencabukmu karena khamr selamanya. Abu Mihjan menjawab: “Dan Aku, Demi Allah, tidak akan lagi meminum khamr selamanya!”
Saudaraku ….
Sangat sulit bagi kita mengikuti dan menyamai Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan para sahabat nabi yang mulia, Radhiallahu ‘Anhum. Tetapi, paling tidak kita masih bisa seperti Abu Mihjan, walau dia pelaku maksiat namun masih memiliki ghirah kepada perjuangan agamanya, dan ikut hadir dalam deretan nama-nama pahlawan Islam. Semoga Allah Ta’ala memasukkan kita ke dalam deretan para pejuang agamaNya, mengikhlaskan, dan memberikan karunia syahadah kepada kita. Amin. Sumber, Our Spirit (www.ustadzfarid.com)
Artikel Lainnya :
Hukum Shalat Berjamaah di Mesjid bagi Kaum laki-laki Oleh: Ustadz Farid Nu’man Para fuqaha berbeda pendapat tentang hal ini, di ant...
19.40
Hukum Shalat Berjamaah di Mesjid bagi Kaum laki-laki
Oleh: Ustadz Farid Nu’man
Para fuqaha berbeda pendapat tentang hal ini, di antara mereka ada yang mewajibkannya (fardhu ‘ain) dan menilai berdosa jika ditinggalkan, dan bagi mereka shalat sendiri adalah batal dan wajib diulangi. Ada juga para ulama yang menyebutnya fardhu kifayah, namun ada juga yang menganggapnya sunah mu’akadah (anjuran yang ditekankan) bukan fardhu.
Hal tersebut diuraikan oleh Imam Ibnu Hajar dalam Fathul Bari :
بِأَنَّهَا فَرْضُ عَيْن ذَهَبَ عَطَاء وَالْأَوْزَاعِيُّ وَأَحْمَد وَجَمَاعَة مِنْ مُحَدِّثِي الشَّافِعِيَّة كَأَبِي ثَوْر وَابْن خُزَيْمَةَ وَابْن الْمُنْذِر وَابْن حِبَّانَ ، وَبَالَغَ دَاوُدُ وَمَنْ تَبِعَهُ فَجَعَلَهَا شَرْطًا فِي صِحَّة الصَّلَاة
“Yang menyebutnya fardhu ‘ain adalah pendapatnya Atha’, Al Auza’i, Ahmad, dan jamaah ahli hadits dari kalangan Syafi’iyah seperti Abu Tsaur, Ibnu Khuzaimah, Ibnul Mundzir, Ibnu Hibban, sedangkan Daud dan pengikutnya menekankan bahwa berjamaah merupakan syarat sahnya shalat.”
Beliau melanjutkan:
وَظَاهِر نَصِّ الشَّافِعِيّ أَنَّهَا فَرْضُ كِفَايَة ، وَعَلَيْهِ جُمْهُور الْمُتَقَدِّمِينَ مِنْ أَصْحَابه وَقَالَ بِهِ كَثِير مِنْ الْحَنَفِيَّة وَالْمَالِكِيَّة ، وَالْمَشْهُور عِنْد الْبَاقِينَ أَنَّهَا سُنَّة مُؤَكَّدَة
“Dan zhahir dari ucapan Asy Syafi’i adalah bahwa berjamaah adalah fardhu kifayah, demikianlah mayoritas pendapat dari para pengikutnya terdahulu, dan demikian pula pendapat kalangan Hanafiyah dan Malikiyah, dan yang masyhur bagi yang lainnya adalah sunah mu’akkadah.” (Fathul Bari, Juz. 2, Hal. 465. Al Maktabah Asy Syamilah)
Perbedaan ini juga ditegaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah sebagai berikut:
وَ " الْجَمَاعَةُ " وَاجِبَةٌ أَيْضًا عِنْدَ كَثِيرٍ مِنْ الْعُلَمَاءِ بَلْ عِنْدَ أَكْثَرِ السَّلَفِ وَهَلْ هِيَ شَرْطٌ فِي صِحَّةِ الصَّلَاةِ عَلَى قَوْلَيْنِ : أَقْوَاهُمَا كَمَا فِي سُنَنِ أَبِي داود عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : { مَنْ سَمِعَ النِّدَاءَ فَلَمْ يُجِبْ مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ فَلَا صَلَاةَ لَهُ } . وَعِنْدَ طَائِفَةٍ مِنْ الْعُلَمَاءِ : أَنَّهَا وَاجِبَةٌ عَلَى الْكِفَايَةِ . وَ " أَحَدُ الْأَقْوَالِ " أَنَّهَا سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ وَلَا نِزَاعَ بَيْنَ الْعُلَمَاءِ أَنَّ صَلَاةَ الرَّجُلِ فِي جَمَاعَةٍ تَزِيدُ عَلَى صَلَاتِهِ وَحْدَهُ خَمْسًا وَعِشْرِينَ ضِعْفًا كَمَا ثَبَتَ ذَلِكَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ . وَلَا نِزَاعَ بَيْنَهُمْ أَنَّ مَنْ جَعَلَ صَلَاتَهُ وَحْدَهُ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاتِهِ فِي جَمَاعَةٍ فَإِنَّهُ ضَالٌّ مُبْتَدِعٌ مُخَالِفٌ لِدِينِ الْمُسْلِمِينَ
“Berjamaah adalah juga wajib menurut mayoritas ulama, bahkan menurut mayoritas kaum salaf. Namun apakah itu merupakan syarat sahnya shalat, terdapat dua pendapat: yang paling kuat adalah sebagaimana diriwayatkan dalam Sunan Abu Daud dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa beliau bersabda: “Barangsiapa yang mendengarkan panggilan adzan dan dia tidak menyambutnya tanpa ‘udzur, maka tidak ada shalat baginya.” Sedangkan menurut sekelompok ulama: “Sesungguhnya itu fardhu kifayah.” Sementara ada satu pendapat yang mengatakan bahwa itu adalah sunah mu’akadah. Dan tidak ada pertentangan antara ulama bahwa shalatnya seorang laki-laki secara berjamaah lebih baik 25 kali lipat dibanding shalatnya seorang diri, sebagaimana telah shahih hal itu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan tidak ada pertentangan juga di antara mereka, bahwa barangsiapa yang menjadikan shalatnya seorang diri adalah lebih utama dibanding shalat berjamaah, maka dia sesat, pembuat bid’ah, dan bertentangan dengan keyakinan kaum muslimin.” (Majmu’ Al Fatawa, Juz. 3, Hal. 52. Al Maktabah Asy Syamilah)
Demikian perbedaan dalam hal ini, namun nampak bahwa Imam Ibnu Taimiyah sendiri cenderung menguatkan yang mewajibkannya, bahkan itu sebagai syarat sahnya shalat, seperti yang terlihat pada yang digaris bawahi. Di halaman lain dari kitabnya pun, beliau berulang-ulang mengatakan wajibnya shalat fardhu berjamaah bersama kaum muslimin.
Namun pandangan jumhur (mayoritas) bahwa shalat berjamaah di masjid adalah sunah atau fardhu kifayah, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ibnu Rusyd dalam Bidayatul Mujtahid:
فإن العلماء اختلفوا فيها، فذهب الجمهور إلى أنها سنة أو فرض على الكفاية وذهبت الظاهرية إلى أن صلاة الجماعة فرض متعين على كل مكلف.
“Sesungguhnya para ulama berbeda pendapat dalam hal ini, adapun madzhab jumhur adalah shalat jamaah adalah sunah atau fardhu kifayah, sedangkan madzhab zhahiriyah berpendapat shalat berjamaah adalah fardhu ‘ain bagi setiap mukallaf.” (Imam Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Juz.1,Hal. 114. Al Maktabah Asy Syamilah)
Perbedaan para ulama ini, lantaran mereka berbeda faham dalam menafsirkan hadits, di antaranya berikut ini:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ سَمِعَ النِّدَاءَ فَلَمْ يَأْتِهِ فَلَا صَلَاةَ لَهُ إِلَّا مِنْ عُذْرٍ
Dari Ibnu Abbas, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa yang mendengarkan panggilan (adzan), lalu dia tidak mendatanginya, maka tidak ada shalat baginya, kecuali bagi yang ‘udzur (berhalangan).” (HR. Ibnu Majah, Kitab Al Masajid wal Jama’at Bab At Taghlizh fi at Takhallufi ‘an Al Jama’ah, Juz. 3, Hal. 14, No hadits. 785. Al Hakim berkata: “Hadits ini shahih sesuai syarat syaikhan (Bukhari-Muslim) tetapi keduanya tidak meriwayatkannya.” Al Mustadrak, Juz. 3, Hal. 410, No. 854. Disepakati oleh Adz Dzahabi. Syaikh Al Albany menshahihkan. Shahih wa Dhaif Sunan Ibni Majah, Juz. 2, Hal. 365. Al Maktabah Asy Syamilah)
Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhu ditanya apakah ‘udzur itu?, beliau menjawab:
خَوْفٌ أَوْ مَرَضٌ
“Takut dan sakit.” (HR. Abu Daud, Kitab Ash Shalah Bab Fi Tasydidi Fi Tarkil Jama’ah, Juz. 2, Hal. 155, No hadits. 464. Syaikh Al Albany menshahihkan dalam Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud, Juz. 2 Hal. 51. Al Maktabah Asy Syamilah)
Masalah utama dalam perbedaan menafsirkan hadits ini adalah pada kalimat “Falaa Shalata Lahu” (Tidak ada shalat baginya), sebagaimana yang diterangkan Imam Ash Shan’ani Rahimahullah:
وَالْحَدِيثُ دَلِيلٌ عَلَى تَأَكُّدِ الْجَمَاعَةِ وَهُوَ حُجَّةٌ لِمَنْ يَقُولُ إنَّهَا فَرْضُ عَيْنٍ وَمَنْ يَقُولُ إنَّهَا سُنَّةٌ يُؤَوِّلُ قَوْلَهُ " فَلَا صَلَاةَ لَهُ " أَيْ كَامِلَةً
“Hadits ini merupakan dalil atas kuatnya anjuran berjamaah, dan ini merupakan hujjah bagi pihak yang berpendapat bahwa berjamaah adalah fardhu ‘ain, sedangkan yang berpendapat sunah, menakwilkan ucapan “Falaa Shalata lahu” yakni (tidak) sempurna.” (Imam Ash Shan’ani, Subulus Salam, Juz. 2 Hal. 307. Al Maktabah Asy Syamilah)
Namun, yang jelas dalam hadits ini tidak bermakna wajib secara mutlak, sebab hadits tersebut telah memberikan taqyid (pembatasnya) yakni kalimat “Illa man ‘Udzrin” kecuali bagi orang yang ‘udzur. Sebab, sesuatu yang mutlak jika sudah ada pengecualinya, maka hilanglah kemutlakannya.
Kelompok Yang Mewajibkan
Sebenarnya kelompok ini tidak berhujjah dengan hadits di atas saja, telapi berhujjah dengan nash Al Quran, sebagaimana yang dilakukan oleh lembaga Fatwa Saudi Arabia yakni Lajnah Da’imah. Berikut adalah fatwa Lajnah Da’imah yang dimaksud:
من صلى الفرائض الخمس أو واحدة منها في بيته بلا عذر فليس بكافر، ولكنه أثم لتركه واجبًا وهو الصلاة مع الجماعة بالمسجد لقول الله تعالى: { وَإِذَا كُنْتَ فِيهِمْ فَأَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلَاةَ فَلْتَقُمْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ مَعَكَ وَلْيَأْخُذُوا أَسْلِحَتَهُمْ فَإِذَا سَجَدُوا فَلْيَكُونُوا مِنْ وَرَائِكُمْ وَلْتَأْتِ طَائِفَةٌ أُخْرَى لَمْ يُصَلُّوا فَلْيُصَلُّوا مَعَكَ وَلْيَأْخُذُوا حِذْرَهُمْ وَأَسْلِحَتَهُمْ وَدَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ تَغْفُلُونَ عَنْ أَسْلِحَتِكُمْ وَأَمْتِعَتِكُمْ فَيَمِيلُونَ عَلَيْكُمْ مَيْلَةً وَاحِدَةً } الآية
“Barangsiapa yang melaksanakan shalat fardhu yang lima atau salah satunya di rumahnya tanpa ada’udzur tidaklah kafir tetapi dia berdosa karena meninggalkan kewajiban, yakni shalat bersama jamaah di mesjid, karena Allah Ta’ala telah berfirman: “Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, Maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serakaat), Maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. … (QS.An Nisa (4): 102) ( Fatawa Al Lajnah Ad Daimah Lil Buhuts Al’Ilmiah wal Ifta’, Juz. 9, Hal. 307. fatwa no. 1591. Al Maktabah Asy Syamilah)
Bagi kelompok ini, ayat tersebut menunjukan kewajiban berjamaah dalam shalat, sebab jika dalam keadaan perang saja, yang waktunya sangat sempit dan ada rasa takut, Allah Ta’ala tetap mewajibkan berjamaah, tentu apalagi ketika dalam keadaan normal, maka kewajibannya lebih kuat lagi.
Sementara bagi kelompok yang tidak menganggapnya wajib, tidak menjadikan ayat ini sebagai dalil wajibnya berjamaah dalam shalat yang lima , sebab ayat ini hanya menguraikan tentang tata cara shalat berjamaah ketika perang, bukan tentang wajibnya berjamaah ketika perang dan tidak ada indikasi pada ayat tersebut tentang kewajiban ini.
Imam Ibnu Tamiyah, termasuk ulama yang mewajibkan, beliau Rahimahullah juga berdalil dengan hadits lain, yakni hadits Abdullah bin Ummi Maktum Radhiallahu ‘Anhu, beliau berkata:
وَالصَّلَاةَ فِي جَمَاعَةٍ : مِنْ الْوَاجِبَاتِ كَمَا ثَبَتَ فِي الصَّحِيحِ : أَنَّ ابْنَ أُمِّ مَكْتُومٍ قَالَ : { يَا رَسُولَ اللَّهِ إنِّي رَجُلٌ شَاسِعُ الدَّارِ وَلِي قَائِدٌ لَا يُلَائِمُنِي . فَهَلْ تَجِدُ لِي رُخْصَةً أَنْ أُصَلِّيَ فِي بَيْتِي ؟ قَالَ : هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ ؟ قَالَ : نَعَمْ قَالَ : مَا أَجِدُ لَك رُخْصَةً }
“Shalat bersama jamaah merupakan di antara kewajiban, sebagaimana telah shahih, bahwa Ibnu Ummi Maktum berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya saya tidakada orang yang menuntun saya kemesjid, apakah ada rukhshah (dispensasi) bagi saya untukshalat di rumah?” Rasulullah bertanya: “Apakah kau mendengar adzan?” Dia menjawab: “Ya.” Rasulullah bersabda: “Aku tidak temukan rukhshah bagimu.” (Majmu’ Al Fatawa, Juz. 5, Hal. 235. Al Maktabah Asy Syamilah)
Beliau juga menjelaskan perbedaan para ulama, apakah shalatnya batal atau tidak, wajibkah diulangi atau tidak?
لَكِنْ إذَا تَرَكَ هَذَا الْوَاجِبَ فَهَلْ يُعَاقَبُ عَلَيْهِ وَيُثَابُ عَلَى مَا فَعَلَهُ مِنْ الصَّلَاةِ أَمْ يُقَالُ . إنَّ الصَّلَاةَ بَاطِلَةٌ عَلَيْهِ إعَادَتُهَا كَأَنَّهُ لَمْ يَفْعَلْهَا ؟ . هَذَا فِيهِ نِزَاعٌ بَيْنَ الْعُلَمَاءِ . وَعَلَى هَذَا قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { إذَا فَعَلْت هَذَا فَقَدْ تَمَّتْ صَلَاتُك وَمَا انْتَقَصْت مِنْ هَذَا فَإِنَّمَا انْتَقَصْت مِنْ صَلَاتِك } . فَقَدْ بَيَّنَ أَنَّ الْكَمَالَ الَّذِي نُفِيَ هُوَ هَذَا التَّمَامُ الَّذِي ذَكَرَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ . فَإِنَّ التَّارِكَ لِبَعْضِ ذَلِكَ قَدْ انْتَقَصَ مِنْ صَلَاتِهِ بَعْضَ مَا أَوْجَبَهُ اللَّهُ فِيهَا . وَكَذَلِكَ قَوْلُهُ فِي الْحَدِيثِ الْآخَرِ : { فَإِذَا فَعَلَ هَذَا فَقَدَ تَمَّتْ صَلَاتُهُ } . وَيُؤَيِّدُ هَذَا : أَنَّهُ أَمَرَهُ بِأَنْ يُعِيدَ الصَّلَاةَ . وَلَوْ كَانَ الْمَتْرُوكُ مُسْتَحَبًّا لَمْ يَأْمُرْهُ بِالْإِعَادَةِ
“Tetapi jika meninggalkan kewajiban ini, apakah diberikan hukuman atasnya, dan diberikan ganjaran atas apa-apa yang dikerjakannya dari shalatnya, atau dikatakan: sesungguhnya shalatnya batal dan wajib baginya mengulanginya seakan dia belum mengerjakannya?. Dalam hal ini terjadiperbedaan pendapat para ulama. Dalam hal ini terdapat hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Jikaengkau melakukan hal itu, maka telah sempurna shalatmu, dan jika engkau menguranginya, maka shalatmu pun juga terkurangi.” Ini telah menjelaskan bahwa kesempurnaan yang diingkari dalam hadits ini adalah kesempurnaan (totalitas) yang telah disebutkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sesungguhnya orang yang meninggalkan sebagian dari kesempurnaan, maka telah berkurang kesempurnan shalatnya, sebagian apa-apa yang telah Allah Ta’ala wajibkan dalam shalat tersebut. Juga telah disebutkan dalam hadits lainnya: “Maka, jika hal itu dilaksanakan maka telah sempurna shalatnya.” Halini menguatkan: Bahwa beliau memerintahkan agar mengulangi shalatnya. Seandainya sesuatu yang ditinggalkan tersebut adalah hal yang mustahab (sunah), maka tentunya beliau tidak akan mengulangi shalatnya.” (Ibid)
Imam At Tirmidzi Rahimahullah berkata tentang hadits Ibnu Abbas di atas:
و قَالَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ هَذَا عَلَى التَّغْلِيظِ وَالتَّشْدِيدِ وَلَا رُخْصَةَ لِأَحَدٍ فِي تَرْكِ الْجَمَاعَةِ إِلَّا مِنْ عُذْرٍ
“Sebagian Ahli ilmu berkata, bahwa hadits ini sangat kuat dan keras,dan tidak ada rukhshah bagi seorang pun untuk meninggalkan shalat jamaah kecuali bagi yang memiliki ‘udzur.” (Sunan At Tirmidzi, Kitab Ash Shalah Bab Maa Ja’a fii man Yasma’u An Nida’a falaa yujibu, Juz. 1,Hal. 368, No hadits. 201. Al Maktabah Asy Syamilah)
Sementara dalam Fathul Qadir (Fiqih madzhab Hanafi –bukan Fathul Qadirnya Imam Asy Syaukani), disebutkan:
وَفِي الْغَايَةِ قَالَ عَامَّةُ مَشَايِخِنَا : إنَّهَا وَاجِبَةٌ ، وَفِي الْمُفِيدِ أَنَّهَا وَاجِبَةٌ
“Berkata umumnya masyaikh kami dalam kitab Al Ghayah: “Hal itu sesungguhnya adalah wajib,” dalam kitab Al Mufid: “Hal itu sesungguhnya wajib.” (Imam Ibnu Hummam, Fathul Qadir, Juz. 2,Hal. 196. Al Maktabah Asy Syamilah)
وَسُئِلَ الْحَلْوَانِيُّ عَمَّنْ يَجْمَعُ بِأَهْلِهِ أَحْيَانًا هَلْ يَنَالُ ثَوَابَ الْجَمَاعَةِ ؟ فَقَالَ : لَا ، وَيَكُونُ بِدْعَةً وَمَكْرُوهًا بِلَا عُذْرٍ .
“Al Halwani ditanya tentang orang yang kadang-kadang berjamaah dengan keluarganya (di rumah), apakah dia mendapatkan pahala shalat berjamaah?, Dia menjawab: Tidak, itu adalah bid’ah dan makruh, jika tanpa ‘udzur.” (Ibid)
Dalam Bada’i Shana’i disebutkan:
فَالْجَمَاعَةُ إنَّمَا تَجِبُ عَلَى الرِّجَالِ ، الْعَاقِلِينَ ، الْأَحْرَارِ ، الْقَادِرِينَ عَلَيْهَا مِنْ غَيْرِ حَرَجٍ فَلَا تَجِبُ عَلَى النِّسَاءِ ، وَالصِّبْيَانِ ، وَالْمَجَانِين ، وَالْعَبِيدِ ، وَالْمُقْعَدِ ، وَمَقْطُوعِ الْيَدِ ، وَالرِّجْلِ مِنْ خِلَافٍ ، وَالشَّيْخِ الْكَبِيرِ الَّذِي لَا يَقْدِرُ عَلَى الْمَشْيِ ، وَالْمَرِيضِ ( أَمَّا ) النِّسَاءُ فَلِأَنَّ خُرُوجَهُنَّ إلَى الْجَمَاعَاتِ فِتْنَةٌ .
“Maka, shalat berjamaah sesungguhnya wajib bagi laki-laki, berakal, merdeka, mampu melaksanakan tanpa ada kesempitan, dan tidak wajib bagi wanita, anak-anak, orang gila, hamba sahaya, orang yang tangan dan kakinya buntung secara silang, orang tua yang sudah tidakmampu berjalan, dan orang sakit, dan wanita yang jika keluar menuju jamaah akan melahirkan fitnah.” (Imam al Kasani, Bada’i Ash Shana’i, Juz.2, Hal. 119. Al Maktabah Asy Syamilah)
Imam Ibnu Hazm Rahimahullah berkata:
ليس لاحد من خلق الله تعالى في الحضر والقرية يسمع النداء والاقامة رخصة في ان يدع الصلاة
“Tidak ada rukhshah bagi seorang makhluk Allah mana pun, baik dikota dan desa, untuk meninggalkan shalat (berjamaah) ketika dia mendengar adzan dan iqamah.” (Imam Ibnu Hazm, Al Muhalla, Juz. 4, Hal. 196. Al Maktabah Asy Syamilah)
Imam Ibnu Qudamah Rahimahullah menegaskan wajibnya shalat berjamaah kecuali bagi yang ‘udzur, namun berjamaah bukan syarat sahnya shalat, sebagaimana yang dikatakan Imam Ahmad. (Al Mughni, Juz. 3, Hal. 407. Al Maktabah Asy Syamilah)
Demikianlah pandangan ulama yang mewajibkan dengan dalil yang mereka miliki.
Kelompok Ulama Yang Tidak Mewajibkan
Kelompok ini, juga menggunakan hadits Ibnu Abbas. Mereka berpendapat bahwa shalat berjamaah di mesjid adalah fardhu kifayah atau sunah mu’akkadah. Bagi mereka kalimat Falaa Shalata Lahu bukan berarti shalatnya tidak sah, tetapi tidak sempurna dan shalatnya tetap sah. Sebagaimana kalimat hadits La yu’minu ahadukum hatta yuhibbu akhihi …dst (Kalian tidaklah beriman sampai kalian mencintai saudaranya …) maksudnya tidak sempurna iman kalian (Fathul Bari, Juz. 1, Hal. 20. No. 12) Atau hadits La Diinan Liman laa amanata lahu (tidak beragama bagi orang yang tidak amanah), maksudnya tidak sempurna agamanya, bukan berarti dia murtad.
Ada banyak kitab dari berbagai madzhab yang menyebutkan bahwa yang dimaksud kalimat tersebut adalah tidak sempurna shalatnya, di antaranya:
- - Imam Ibnu ‘Abidin, Hasyiyah Radd al Muhtar, Juz. 2, Hal. 254. (Di dalamnya disebutkan makna hadits, “Tidak ada shalat bagi yang bertetangga dengan mesjid kecuali di mesjid,” maksudnya adalah tidak sempurna shalatnya.)
- - Imam al Hafizh Ibnu Hummam, Fathul Qadir, Juz. 2, Hal.171. (Di situ ada bantahan bahwa kewajiban tidak cukup dikuatkan dengan hadits ahad, dan juga berhujjah dengan ucapan Ibnu Mas’ud)
- - Imam Asy Syaukani, Nailul Authar, Juz. 5, Hal. 23
- - Imam Abu Bakar ad Dimyathi, I’anatut Thalibin, Juz. 2, Hal. 57.
- - Imam Zakariya al Anshari, Fathul Wahhab, Juz. 1,Hal. 108.
- - Imam Zakariya al Anshari, Asna al Mathalib, Juz. 3, Hal. 253
- - Imam Zakariya al Anshari, Syarhul Bahjah al Wardiyah, Juz. 4, Hal. 215
- - Imam Zakariya al Anshari, Hasyiyah Al Jumal, Juz. 4, Hal. 434
- - Imam Abdul Karim ar Rafi’i, Fathul ‘Aziz Syarh al Wajiz, Juz. 4, Hal. 304 (di sini sebutkan bahwa hukumnya sunah atau fardhu kifayah)
- - Hasyiyahnya Al Qalyubi dan ‘Amirah, Juz. 3, Hal. 213.
- - Imam Ibnu Hajar al Haitami, Tuhfatul Muhtaj fi Syarhil Minhaj, Juz. 7, Hal. 472
- - Imam Khathib asy Syarbini, Mughnil Muhtaj ila Ma’rifati Alfazh al Minhaj, Juz. 3, Hal. 198.
- - Imam Syihabuddin ar Ramli, Nihayatul Muhtaj fi Syarhil Minhaj, Juz. 5,Hal. 461
- - Imam Sulaiman bin Umar bin Muhammad al Bajirumi, Syarh Al Bajirumi ‘alal Minhaj, Juz. 3, Hal. 240.
Demikian masalah ini. Semoga bermanfaat, wallahu a’lam.
Sumber : http://www.ustadzfarid.com/2013/10/hukum-shalat-berjamaah-di-mesjid-bagi.html
Artikel Lainnya :
Cara mengatur jumlah artikel di halaman utama web blogger. Mungkin sobat sering melihat blog yang halaman utamanya jumlah postingan a...
01.41
Cara mengatur jumlah artikel di halaman utama web blogger.
Mungkin sobat sering melihat blog yang halaman utamanya jumlah postingan artikelnya banyak. Sampai bawah masih banyak judul artikelnya. Bahkan sampai ada tujuh judul artikel. Ada juga yang postingan artikelnya Cuma satu. Nah sebenarnya jumlah artikel yang tampil di halaman utama ini bisa kita setting sesuai dengan keinginan kita. Dengan asumsi jumlah postingan artikel sobat memang sudah banyak , katakanlah sudah diatas 10 artkel. Hal ini sebearnya sepele tapi ada baiknya kita bisa mengaturnya agar sobat bisa mengatur file postingan dengan rapi dan pembaca blog sobat tidak bingung. Baik dalam artikel kali ini saya akan tulis cara mengatur jumlah artikel di halaman utama web blogger.
Cara mengatur jumlah postingan artikel di halaman utama web bogger :
1. Pertama masuk dulu ke akun blogger sobat, lalu klik tanda panah kebawah terus pilih menu “Tata letak”.
2. Lalu klik “Edit” yang posisinya dibawah “Postingt blog” sebelah kanan, seperti paga gambar dibawah.
3. Maka akan keluar jendela baru seperti ini.
Angka 7 yang saya lingkari diatas adalah menunjukkan jumlah postingan artikel yang tampil di halaman utama dan itu merupakan bawaan dari blogger. Jadi kalau sobat pernah melihat blog yang jumlah postingan di halaman utama sampai dengan 7 artikel itu berarti sama penulisnya belum pernah di edit. Dan sekarang silahkan ganti angka 7 tsbt sesuai dengan keinginan sobat. Kalau saya pribadi lebih suka Cuma satu yang saya tampilkan di halam utama.
Untuk selanjutnya sebagai tambahan saja . itu ada beberapa pilihan yang mana yang tidak ingin ditampilkan dipostingan tanda centangnya silahkan dikosongkan saja. Kalau bawaan blogger memang semua dicentang.
Jika sudah langsung saja klik “Simpan” dan tunggu sampai proses selesai. Selanjutnya silahkan cek halaman utama blog sobat. Pasti sudah berubah sesuai dengan yang sobat setting. Dengan asumsi jumlah artikel sobat memang sudah banyak ya…,kalau baru satu walaupun disini tertulis 7 tetap saja yang tampil juga satu artikel.
Saya rasa cukup itulah artikel cara mengatur jumlah postingan artikel di halaman utama web blogger. Semoga bermanfaat dan terimakasih sudah berkunjung ke www.catatankoe.com