1. Ibu, kembalilah ke rumah. Anakmu terbidik oleh peluru zaman. Fisiknya bugar namun jiwanya terkapar. Kembalilah! 2. Apa yg kau cari ...
00.31
1. Ibu, kembalilah ke rumah. Anakmu terbidik oleh peluru zaman. Fisiknya bugar namun jiwanya terkapar. Kembalilah!
2. Apa yg kau cari dalam hidup duhai ibu? Jika surga adalah tujuan, maka mendidik anak sungguh2 adalah pintu terdekat yg antarkan kau menuju surga idaman.
3. Jika pun ibu harus bekerja maka itu adalah darurat. Segeralah cari jalan untuk bisa kembali ke rumah. Sebab, anakmu makin tumbuh dan tak bisa ditunda.
4. Memang tidak bijak meminta ibu berhenti bekerja. Namun lebih tidak bijak lagi membiarkan anak-anak terlantar tanpa kasih sayang.
5. Tundalah dulu obsesi karirmu. Setidaknya hingga anak telah tumbuh dewasa. Setelahnya, kau bisa puas menuai karya
6. Sejatinya, ibu itu profesi utama. Sisanya, sambilan aja
7. Jika mengurus anak, dengan cara sambilan. Maka akan muncul generasi sambel-sambelan (saudara kandung cabe-cabean).
8. Bagi seorang suami, jangan tuntut istrimu bekerja. Sebab, kau telah renggut hak anak yg lebih butuhkan ibunya dibandingkan TV atau I-Phone S5.
9. Jadilah lelaki pemberani. Berani katakan kepada istri : 'tinggallah kamu dirumah. Biar aku saja yg penuhi kebutuhan kita'
10. Ingatlah...Anak itu titipan dari Allah. Maka jangan kau titipkan lagi kepada orang lain. Emangnya Allah salah nitip? Wal'iyaadzu billaah...
11. Apa yg ibu korbankan di saat anak masih belia, akan menjadi kado indah di saat anak telah dewasa.
12. Sekiranya ibu ingin bekerja, maka itu hanya untuk aktualisasi diri semata. Bagian dari dinamisasi jiwa. Bukan untuk jadi profesi utama
13. Pengasuhan anak ibarat utang piutang. Apa yg tidak diberikan ortu di masa kecil, maka anak akan menagihnya di usia remaja dengan perilaku yg menyebalkan
14. Jika anak sulit mendengar kata bunda, itu mungkin tersebab saat kanak ia diabaikan saat bicara. Ibu harus buru-buru ke tempat kerja
15. Saat remaja anak tak betah di rumah. Sebab ibu juga sering pergi keluar saat ia masih bocah. Jarang ada di rumah
16. Maka, segera cari jalan untuk pulang. Jadilah ibu yg seutuhnya. Selalu hadir di saat anak membutuhkan. Ibu, menjadi pahlawan bagi generasi masa depan
17. Salam bahagia. Mohon maaf jika tak berkenan. Sila disebarkan.
*By: @ajobendri
Dengan langkah gontai, laki-laki itu datang menghadap Rasulullah. Ia sedang didera problem finansial; tak bisa memberikan nafkah kepada ke...
00.16
Dengan langkah gontai, laki-laki itu datang menghadap Rasulullah. Ia sedang didera problem finansial; tak bisa memberikan nafkah kepada keluarganya. Bahkan hari itu ia tidak memiliki uang sepeserpun.
Dengan penuh kasih, Rasulullah mendengarkan keluhan orang itu. Lantas beliau bertanya apakah ia punya sesuatu untuk dijual. “Saya punya kain untuk selimut dan cangkir untuk minum ya Rasulullah,” jawab laki-laki itu.
Rasulullah pun kemudian melelang dua barang itu.
“Saya mau membelinya satu dirham ya Rasulullah,” kata salah seorang sahabat.
“Adakah yang mau membelinya dua atau tiga dirham?” tanya Rasulullah.
Inilah lelang pertama dalam Islam. Dan lelang itu dimenangkan oleh seorang sahabat lainnya. “Saya mau membelinya dua dirham”
Rasulullah memberikan hasil lelang itu kepada laki-laki tersebut. “Yang satu dirham engkau belikan makanan untuk keluargamu, yang satu dirham kau belikan kapak. Lalu kembalilah ke sini.”
Setelah membelikan makanan untuk keluarganya, laki-laki itu datang kembali kepada Rasulullah dengan sebilah kapak di tangannya. “Nah, sekarang carilah kayu bakar dengan kapak itu…” demikian kira-kira nasehat Rasulullah. Hingga beberapa hari kemudian, laki-laki itu kembali menghadap Rasulullah dan melaporkan bahwa ia telah mendapatkan 10 dirham dari usahanya. Ia tak lagi kekurangan uang untuk menafkahi keluarganya.
Salman Al Farisi punya rumus 1-1-1. Bermodalkan uang 1 dirham, ia membuat anyaman dan dijualnya 3 dirham. 1 dirham ia gunakan untuk keperluan keluarganya, 1 dirham ia sedekahkan, dan 1 dirham ia gunakan kembali sebagai modal. Sepertinya sederhana, namun dengan cara itu sahabat ini bisa memenuhi kebutuhan keluarganya dan bisa sedekah setiap hari. Penting dicatat, sedekah setiap hari.
Nasehat Rasulullah yang dijalankan oleh laki-laki di atas dan juga amalan Salman Al Farisi memberikan petunjuk kepada kita cara dasar mengelola keuangan. Yakni, bagilah penghasilan kita menjadi tiga bagian; satu untuk keperluan konsumtif, satu untuk modal dan satu untuk sedekah. Pembagian ini tidak harus sama persis seperti yang dilakukan Salman Al Farisi.
KEPERLUAN KONSUMTIF
Untuk soal ini, rasanya tidak perlu diperintahkan pun orang pasti melakukannya. Bahkan banyak orang yang menghabiskan hampir seluruh penghasilannya untuk keperluan konsumtif. Tidak sedikit yang malah terjebak pada masalah finansial karena terlalu menuruti keinginan konsumtif hingga penghasilannya tak tersisa, bahkan akhirnya minus.
Yang perlu menjadi catatan, bagi seorang suami, membelanjakan penghasilan untuk keperluan konsumtif artinya adalah memberikan nafkah kepada keluarganya. Jangan sampai seperti sebagian laki-laki yang menghabiskan banyak uang untuk rokok dan ke warung, sementara makanan untuk anak dan istrinya terabaikan.
MODAL
Sisihkanlah penghasilan atau uang Anda untuk modal. Bahkan, kalaupun Anda adalah seorang karyawan atau pegawai. Sisihkanlah setiap bulan gaji Anda untuk menjadi modal atau membeli aset. Menurut Robert T. Kyosaki, inilah yang membedakan orang-orang kaya dengan orang-orang kelas menengah dan orang miskin. Orang kaya membeli aset, orang kelas menengah dan orang miskin menghabiskan uangnya untuk keperluan konsumtif. Dan seringkali orang kelas menengah menyangka telah membeli aset, padahal mereka membeli barang konsumtif; liabilitas.
Aset adalah modal atau barang yang menghasilkan pemasukan, sedangkan liabilitas adalah barang yang justru mendatangkan pengeluaran. Barangnya bisa jadi sama, tetapi yang satu aset, yang satu liabilitas. Misalnya orang yang membeli mobil dan direntalkan. Hasil rental lebih besar dari cicilan. Ini aset. Tetapi kalau seseorang membeli mobil untuk gengsi-gengsian, ia terbebani dengan cicilan, biaya perawatan dan lain-lain, ini justru menjadi liabilitas. Robert T Kiyosaki menemukan, mengapa orang-orang kelas menengah sulit menjadi orang kaya, karena berapapun gaji atau penghasilan mereka, mereka menghabiskan gaji itu dengan memperbesar cicilan. Berbeda dengan orang yang membeli aset atau modal yang semakin lama semakin banyak menambah kekayaan mereka.
Jangan dianggap bahwa aset atau modal itu hanya yang terlihat, tangible. Ada pula yang tak terlihat, intangible. Contohnya ilmu dan skill. Jika Anda adalah tipe profesional, meningkatkan kompetensi dan skill adalah bagian dari modal, bagian dari aset. Dengan kompetensi yang makin handal, nilai Anda meningkat. Penghasilan juga meningkat.
SEDEKAH
Jangan lupa sisihkan penghasilan Anda untuk sedekah. Mengapa? Sebab ia adalah bekal untuk kehidupan yang hakiki di akhirat nanti. Baik sedekah wajib berupa zakat maupun sedekah sunnah.
Apa yang dilakukan Salman Al Farisi adalah amal yang luar biasa. Ia bersedekah senilai apa yang menjadi keperluan konsumtif keluarganya. Jadi kita kita punya gaji atau penghasilan tiga juta, lalu kebutuhan konsumtif keluarga kita satu juta, kita baru bisa menandingi Salman Al Farisi jika bersedekah satu juta pula. Namun karena ada hadits Rasulullah yang menyebutkan bahwa sedekah satu bukit tidak dapat menyamai sedekah satu mud para sahabat, kita tak pernah mampu menandingi sedekah Salman Al Farisi.
Harta sejati kita yang bermanfaat di akhirat nanti adalah apa yang kita sedekahkan. Lalu mengapa kita membagi penghasilan kita menjadi tiga bagian; konsumsi, modal dan sedekah? Mengapa tidak semuanya disedekahkan? Sebab konsumsi dan modal sesungguhnya juga pendukung sedekah kita. Jika keperluan konsumsi kita terpenuhi, maka fisik kita relatif lebih sehat. Dengan fisik yang sehat, kita bisa beribadah dan bekerja yang sebagian hasilnya untuk sedekah. Mengapa perlu mengalokasikan untuk modal/aset? Karena ia akan semakin memperbesar pemasukan kita dan dengannya kita menjadi lebih mudah untuk bersedekah dalam jumlah lebih besar dan juga lebih banyak beramal. [Muchlisin BK/keluargacinta.com]