Zainab istri Abdullah bin Mas’ud berkata: Bersabda Rasullullah s.a.w : "Bersedekahlah wahai kaum wanita walau dari perhiasanmu....
06.26
Zainab istri Abdullah bin Mas’ud berkata:
Bersabda Rasullullah s.a.w : "Bersedekahlah wahai kaum wanita walau
dari perhiasanmu." Maka saya kembali kepada suamiku berkata: "Engkau
seorang yang tidak punya, dan Rasullullah menyuruh kami bersedekah, coba
tanyakan kepadanya kalau boleh, saya bersedekah kepadamu, kalau tidak
saya berikan kepada lain orang." Berkata Abdullah : "Tanyakan sendiri."
Maka
pergilah Zainab, mendadak bertemu dengan seorang wanita dimuka pintu
Rasulullah yang hajatnya bersamaan dengan Zainab. Maka Bilal keluar dan
kami berkata: "Beritahukan kepada Rasulullah bahwa ada dua orang
perempuan bertanya: Bolehkah bersedekah pada suami dan anak-anak yatim
yang dipeliharanya, tetapi jangan diberitahu siapa kami."
Maka Bilal
masuk ke rumah Rasulullah menyampaikan hal yang ditanyakan kedua
perempuan itu. Rasulullah bertanya, "Siapakah kedua perempuan itu?"
Jawab Bilal: "Seorang perempuan Anshar, dan Zainab." Tanya Nabi :
"Zainab yang manakah?" Bilal menjawab: "Zainab istri Abdullah bin
Mas’ud."
Kemudian Rasulullah menyampaikan: "Bagi keduanya dua pahala, pahala sedekah dan pahala membantu keluarga (kerabat)."
(HR Bukhori Muslim)
*Dari kitab Riyadhus Sholihin, bab "Bakti Taat Kepada Kedua Orangtua dan Menghubungi Sanak Kerabat"
Syaikh 'Aidh Al-Qarni Jika selama di dunia ini Anda menderita kelaparan, jatuh miskin, senantiasa dilanda kesedihan, menderita pe...
06.10
Syaikh 'Aidh Al-Qarni
Jika selama di dunia ini Anda menderita kelaparan, jatuh miskin,
senantiasa dilanda kesedihan, menderita penyakit yang tak kunjung
sembuh, selalu mengalami kerugian, atau diperlakukan secara zalim, maka
ingatkan diri Anda pada kenikmatan surga yang lebih kekal abadi.
Apabila Anda benar-benar meyakini "jalan" ini dan mengamalkannya dengan
benar, niscaya Anda akan mampu merubah setiap kerugian menjadi
keuntungan dan setiap bencana menjadi nikmat.
Orang yang paling berakal adalah yang senantiasa melakukan sesuatu untuk
akhirat dengan keyakinan bahwa akhirat itu lebih baik dan kekal abadi.
Sebaliknya, manusia yang paling bodoh di dunia adalah mereka yang
memandang dunia ini sebagai segalanya: tempat dan tujuan akhir dari
semua harapan. Karena itu, tidak mengherankan bila Anda melihat mereka
adalah orang-orang yang paling gelisah ketika menghadapi suatu musibah
dan paling mudah larut dalam penyesalan saat malapetaka merenggut semua
milik mereka.
Itu semua, tak lain dikarenakan mereka hanya memandang, memikirkan,
mementingkan dan hanya berbuat segala sesuatu yang berkaitan dengan
urusan kehidupan dunia yang sangat singkat, fana, dan tidak bernilai
ini. Bahkan, seolah-olah mereka tak rela sedikitpun keceriaan dan
kegembiraan mereka di dunia ini terkotori dan terusik oleh hal apapun.
Padahal, seandainya mereka melepas tabir kesedihan yang menutupi hati
mereka dan membuka katup kebodohan yang menempel di mata mereka itu,
niscaya mereka akan berbicara kepada jiwa mereka tentang masih adanya
tempat tinggal yang kekal abadi (akhirat), pelbagai kenikmatan di
dalamnya, dan juga tentang istana-istananya yang megah.
Lebih dari itu, mereka juga akan senantiasa terdiam khidmat mendengarkan
penjelasan-penjelasan wahyu Ilahi tentang alam lain yang lebih kekal
abadi. Dan sesungguhnya —demi Allah— alam itulah yang sebenar-benarnya
tempat kembali (rumah) yang layak untuk diperhatikan dan diraih dengan
usaha yang keras.
Pernahkah kita merenungkan secara mendalam bahwa sesungguhnya para
penghuni surga itu tak akan pernah sakit, tak mungkin bersedih hati, tak
bakal mati, tak pernah menjadi tua, dan pakaian mereka tak akan lusuh
sedikitpun?
Pernahkah kita menghayati wahyu Ilahi yang menyatakan bahwasanya para
penghuni surga itu akan menempati istana-istana yang bagian luarnya
terlihat dari dalam dan bagian dalamnya terlihat dari luar?
Pernahkah kita mengingatkan diri kita dengan kebenaran berita Ilahi yang
mengatakan bahwa di surga terdapat semua hal yang tidak pernah dilihat
oleh mata, terdengar oleh telinga, dan terbetik di dalam hati manusia?
Cobalah Anda renungkan kabar Ilahi yang menyatakan bahwa sebatang pohon
di surga tak akan selesai dikelilingi oleh seorang pengendara kendaraan
selama seratus tahun lebih!
Ingatkan pula diri Anda bahwa panjang sebuah kemah yang didirikan di
surga dapat mencapai tujuh puluh mil lebih, sungai-sungainya mengalir
dengan deras, istana-istananya sangat indah nan megah, buah-buahannya
menggelayut rendah hingga mudah dipetik, mata airnya mengalir deras,
tahta-tahtanya demikian tinggi, gelas-gelasnya tertata rapi,
bantal-bantal sandarannya tersusun rapi, dan permadani-permadaninya
terhampar luas!
Demikianlah, Anda seyogyanya selalu mengingatkan diri sendiri bahwa di
surga itu terdapat kesenangan yang sempurna, kegembiraan yang agung, dan
semerbak wangi yang membuai hidung.
Dan penjabaran tentang semua keistimewaan surga itu tak akan habis dalam
waktu sesingkat ini. Pasalnya, di dalam surga terdapat pelbagai
keinginan yang pasti dikabulkan.
Maka dari itu, mengapa kita sering lupa memikirkan semua itu dan berbuat segala sesuatu untuk meraihnya? Renungkanlah!
Apabila tujuan akhir dari perjalanan seorang manusia adalah "rumah" yang
kekal abadi ini, niscaya setiap bencana akan terasa ringan, pelbagai
beban kehidupan akan membuat mata tetap berbinar, dan semua kesengsaraan
hidup tetap dapat dijalani dengan riang hati.
Maka dari itu, wahai orang-orang yang merasa sedang dilindas kemiskinan,
diliputi kesusahan, dan dililit berbagai macam kesulitan, teruslah
berbuat kesalihan!
Dengan begitu, niscaya kalian akan tinggal di surga Allah, berdekatan dengan-Nya dan senantiasa mensucikan nama-nama-Nya.
Demikianlah, maka,
سَلَـٰمٌ عَلَيۡكُم بِمَا صَبَرۡتُمۡۚ فَنِعۡمَ عُقۡبَى ٱلدَّارِ
{Salamun 'alaikum bima shabartum... keselamatan atasmu berkat kesabaranmu. Alangkah baiknya tempat kesudahan itu.}
(QS. Ar-Ra'd: 24)
*Dikutip dari buku Laa Tahzan, Syaikh 'Aidh Al-Qarni