Semua orang yang menikah pasti ingin bahagia. Semua orang yang menikah pasti mendambakan barakah. Seorang laki-laki yang siap menjadi suami dan perempuan yang siap menerima lamaran laki-laki, pasti mendambakan keluarga yang dipenuhi ketenangan, rasa cinta, dan kasih sayang sampai keduanya terpisah oleh kematian.
Sayangnya, banyak rumah tangga yang tidak
bahagia. Amat banyak suami yang bertambah rusuh kehidupannya setelah
menikah. Tak sedikit pula wanita yang semakin kacau hidupnya, justru
setelah menjadi istri.
Di antara sebab tidak bahagia dan tidak
berkahnya sebuah pernikahan adalah ketika seorang istri salah menerima
lamaran. Agar tidak mengalami kejadian ini, sampaikan beberapa
pertanyaan kepada laki-laki yang datang melamar.
Salah satunya pertanyaan berikut ini. Jika dia tidak bisa menjawabnya, jangan terima lamarannya! Tolak saat itu juga.
Di salah satu kota di Arab Saudi,
peristiwa ini terjadi dan menyebar beritanya ke seluruh penjuru dunia.
Seorang laki-laki mendatangi seorang wanita untuk menyampaikan lamaran.
Keluarga wanita menerima kunjungan calon besannya dengan penerimaan
terbaik. Dua pihak keluarga terlibat pembicaraan yang akrab dan santai,
seperti tak berjarak, selayak sudah kenal dalam masa yang lama.
Sang calon mempelai wanita sengaja tidak dihadirkan. Masih disembunyikan.
Akan tetapi, pertemuan itu mendadak
menjadi canggung saat ayah dari calon mempelai wanita mulai berbicara.
Laki-laki itu menyambut baik kedatangan calon suami anaknya dan
keluarganya. Namun, ada satu pertanyaan yang hendak ia sampaikan.
“Jika calon pengantin laki-laki bisa
menjawab, akan saya pertimbangkan lamarannya. Namun jika tidak bisa,
akan lain kisahnya.” ujar si ayah.
Ternyata, calon pengantin laki-laki tidak
bisa menyampaikan jawaban. Ia bingung dan benar-benar tak kuasa
memberikan keterangan saat sang calon mertuanya bertanya, “Kapan waktu
shalat Subuh?”
Dengan sangat tegas, sang calon mertua
mengatakan, “Jika tidak bisa menjaga shalatmu, kamu (pun) pasti tidak
bisa mejaga putriku. Mohon maaf, aku tidak bisa menerima lamaranmu.”
Seperti inilah seharusnya seorang ayah
memutuskan untuk menerima atau menolak laki-laki yang hendak melamar
putrinya. Bukan hanya bertanya, “Berapa gajimu?”
Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]
Tidak ada komentar
Posting Komentar